- Muhammad Iqbal
VIVA.co.id - Warga korban penggusuran di bantaran Kali Ciliwung, di Kelurahan Pinangsia, Jakarta Barat, malam ini akan melakukan istigasah bersama. Berdoa supaya keadaan mereka lebih baik.
"Kita akan mengajak warga di 13 RT di sini untuk istigasah bersama" ujar Handika Ferbrian, Pengacara Lembaga Bantuan Hukum Jakarta yang mengadvokasi persoalan penggusuran warga.
Handika mengatakan LBH dan warga sudah mengadukan pemerintah DKI kepada Polda Metro Jaya karena dianggap telah berbuat pidana, melakukan penghancuran rumah warga secara paksa, termasuk perbuatan aparat Pol PP yang juga memukul warga.
Kepada LBH Jakarta warga menceritakan, pemerintah DKI diduga melakukan adu domba antar warga. Pemerintah misalnya, menjanjikan Rusun kepada ratusan warga yang menjadi korban penggusuran. Namun, ketika prosesnya berjalan hanya 58 warga yang diberi kunci Rusun oleh pihak Kecamatan. Ini mengakibatkan gesekan antar warga.
Perbedaan perlakuan juga dialami warga di bantaran Kali Ciliwung itu. Warga yang berada di sisi lain Kali Ciliwung yang masuk wilayah Jakarta Utara, pemerintah hanya menggusur mereka yang tinggal 5 meter dari bantaran Kali. Sebaliknya, di RT 04 pemerintah menggusur sepanjang 10 meter.
Puluhan warga akan terus bertahan di lahan tersebut. Mereka menolak tinggal di rumah susun yang berjauhan. "Kami maunya satu rusun, tidak mau berjauhan, pembagian rusun sangat tidak adil, ditambah lagi ternyata pemerintah belum mempersiapkan betul rusun tersebut," ujar Handika.
Diketahui, warga sempat mendatangi Rusun Marunda yang memang dipersiapkan untuk relokasi mereka. Namun, rupanya Rusun Marunda menolak kehadiran mereka dengan alasan belum ada perintah dari Pemerintah. Pihak Rusun Marunda juga menolak karena korban penggusuran yang merupakan warga Jakarta Utara yang juga direlokasi di Rusun Marunda belum tertampung seluruhnya.
DKI Rayu Warga Gusuran Pinangsia Pindah ke Rusunawa Marunda
Masih ada sekitar 30 kepala keluarga yang bertahan di Pinangsia.
