Sopir Transjakarta Mogok Minta Gaji Setara Bus Gandeng

Bus Baru Transjakarta Bermasalah
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVA.co.id
- Direktur Utama PT Transportasi Jakarta, Antonius Kosasih, menjelaskan alasan utama ratusan sopir bus TransJakarta koridor 5 dan 7 mogok bekerja. Menurutnya, para sopir meminta perusahaan operator bus tempat mereka bekerja memberi mereka gaji yang setara gaji yang diberikan oleh para operator yang mengoperasikan bus gandeng
(articulated).


"Sopir PT Jakarta Mega Trans (salah satu operator bus TransJakarta di Koridor 5 dan 7) membandingkan gajinya dengan gaji yang diterima para sopir yang bekerja di operator yang mengoperasikan bus gandeng," ujar Kosasih di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis, 3 Juni 2015.


Padahal, Kosasih mengatakan, bus yang dioperasikan PT JMT seluruhnya adalah bus tunggal. Kosasih mengatakan jumlah gaji yang akan diterima sopir bus tunggal dan bus gandeng tentu berbeda.


"Besaran gaji mereka sesuai dengan jenis bus yang mereka operasikan. Tambah susah busnya, tambah mahal bayarannya," ujar Kosasih.


Besaran gaji para sopir yang bekerja di PT JMT, kini diketahui hanya sebesar Rp2,6 juta. Sedangkan para sopir yang mengoperasikan bus gandeng, digaji para operatornya dengan besaran hingga 3,5 kali upah minimum provinsi.
Imbas Demo 4 November, TransJakarta Perpendek Rute


Final Piala Bhayangkara, TransJakarta Siapkan 60 Bus Gandeng
Kosasih mengatakan masalah yang kini terjadi di Koridor 5 dan Koridor 7 adalah murni permasalahan yang terjadi antara PT JMT dan para sopirnya. Ia meminta PT JMT menyelesaikan permasalahannya dengan cara memastikan besaran gaji yang diterima para sopirnya tidak berada di bawah UMP DKI sebesar Rp2,7 juta. PT Transportasi Jakarta, katanya, telah memenuhi kewajibannya untuk melakukan pembayaran dengan sistem rupiah per kilometer kepada PT JMT.

Halte TransJakarta Dukuh Atas Arah Blok M Ditutup Sementara

"Pembayaran dengan sistem rupiah per kilometer itu sudah termasuk komponen gaji di dalamnya," ujar Kosasih.


Sebelumnya diberitakan, ratusan sopir TransJakarta jurusan PGC-Harmoni dan PGC-Ancol mogok bekerja sejak Senin, 1 Juni 2015. Aksi mereka membuat penumpang menumpuk di sepanjang halte di kedua koridor itu. Aksi itu masih terus berlanjut hingga hari ini akibat pihak manajemen perusahaan operator, tidak bisa memenuhi tuntutan sopir.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya