Mengais Rezeki dari Sampah Ibu Kota

Sampah di Jakarta
Sumber :
  • ANTARA/Yudhi Mahatma
VIVA.co.id
Air Meluap, Sampah Ciliwung Capai 31 Truk
- Pagi masih gelap saat Tio berjalan penuh semangat dengan karung tersampir di pundaknya. Bermodalkan uang sebesar Rp7.000, Tio menumpang bus dari arah Bekasi menuju Jakarta. 

Kantung Plastik Berbayar Kejutkan Warga Bekasi
Hari itu, dia berkunjung ke Monas. Bukan untuk berwisata, melainkan ada tujuan lain yang dia lakukan, sekalipun 'dipaksa' melepas kebersamaan dengan keluarga di Hari Raya Idul Fitri. Tio bekerja memunguti sampah sisa pengunjung obyek wisata Monas. 

DKI Dorong Peralihan Kantong Plastik Daur Ulang
"Sampah apa aja yang bisa dijual, misalnya botol minuman, alas bekas pengunjung duduk, semua dikumpulkan baru nanti dijual," ucapnya kepada VIVA.co.id.

Sampah yang dia pungut adalah sampah plastik dan kardus yang laku dijual.

Bekerja seharian, Tio meninggalkan keluarga di kampung halaman. Saban dua bulan sekali dia mengunjungi anak dan istrinya. Momentum Hari Raya menjadi 'sumur' rezeki bagi Tio. 

Hitung saja, jika dari hasil pungutannya, Tio bisa mendapatkan Rp50.000 setiap hari. Harga jual sampah plastik kotor Rp2.000 per kilo, sampah bersih Rp3.500 setiap kilogram. Untuk kardus dan koran masing-masing dihargai Rp1.000 dan Rp400 per kilogram.

'Perburuan' Tio tak melulu di lokasi yang sama. Dia bisa berpindah dari lokasi ke tempat lain. Semuanya dia lakukan demi menutupi kebutuhan anak dan istrinya yang tinggal di Desa. 

"Saya di sini enggak ada tempat tinggal, hidup di emperan toko, di kolong jembatan, mau mandi saja bayar, kasihan anak dan istri kalau sampai ikut ke sini," katanya.

Kepada keluarganya Tio bahkan menyimpan rapat-rapat tentang profesinya. Dia enggan menceritakan kisahnya yang dianggap bisa mempermalukan keluarganya.

"Malu saya kalau sampai tahu keluarga saya ngumpulin sampah dan enggak punya tempat tinggal di sini. Mereka cukup tahu saya pulang bawa uang saja."



Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya