Menguak Tabir Gaib Tabrakan Kereta Maut Ratu Jaya

Ratu Jaya
Sumber :
VIVA.co.id
KNKT, KAI, dan Polda Metro Cari Penyebab Kecelakaan Kereta
- Ratu Jaya, nama yang diabadikan untuk salah satu kelurahan di wilayah Pancoran Mas Depok konon memiliki nilai mistis dan jejak misteris yang sampai saat ini masih terjaga kesakralannya.

Akhirnya Letkol Danu Resmi Jadi Komandan Pasukan Tengkorak Kostrad TNI Gantikan Raja Aibon Kogila

Warga setempat bahkan mempercayai, Ratu Jaya adalah nama seorang wanita yang masih berkaitan erat dengan Kerajaan Pasundan.
Mitsubishi Fuso Resmikan Diler 3S Baru di Morowali


Bukti keberadaan Ratu Jaya terlihat dari adanya sebuah makam keramat di antara ratusan makam lainnya yang jaraknya hanya beberapa ratus meter dari Kantor Kelurahan Ratu Jaya, Jalan Masjid, Pancoran Mas Depok.

Ratu Jaya sendiri disebut-sebut memiliki sejumlah nama berbeda, di antaranya Ratu Kiranawati, Ratu Gandasari, dan Ratu Hawa.

Namun, kebanyakan warga lebih mengenalnya dengan sebutan Ratu Jaya. Sosok wanita yang juga akrab disapa Ratu Kiranawati ini konon adalah seorang ratu yang bertahta di Tanjung Jaya, Kampung Muara Tanjung Barat. Tanjung Jaya adalah vassal Kerajaan Pajajaran.

Vassal, perwakilan kerajaan, Tanjung Jaya berfungsi sebagai pos pengutipan tol sungai untuk perahu yang melintas di kali Ciliwung yang mengalir di vassal itu. Berseberangan dengan lokasi istana Ratu Kiranawati adalah dermaga Condet. Kampung di sekitarnya hingga kini bernama Dermaga.


Ratu Kiranawati atau Ratu Jaya adalah permaisuri Raja Siliwangi Surawisesa (1521-1535). Sepeninggal suaminya, Ratu Kiranawati hijrah ke Depok. Kampung dimana ia bermukim inilah yang akhirnya diberi nama Ratu Jaya.


"Dia dululah yang membuka hutan. Disini juga menurut cerita turun-temurun tempat kumpulnya para raja-raja Jawa," ujar Udin salah satu penjaga makam Ratu Jaya kepada
VIVA.co.id.

Selanjutnya... Selendang yang dikubur...




Selendang yang dikubur

Sama seperti kebanyakan makam yang dikeramatkan, makam Ratu Jaya juga berbeda dengan makam pada umumnya. Bentuknya seperti pendopo, di dalam pendopo itu ada sebuah bangunan kecil berbentuk persegi empat dengan panjang sekitar 3x2 meter.


Konon, di dalam bangunan kecil yang ada lubang pintu seukuran tak lebih dari 50 sentimeter inilah makam dari Ratu Jaya. Di lubang pintu makam terlihat begitu banyak sesaji dan bunga yang berbau menyengat pertanda banyak peziarah yang kerap bersemedi di sini.


Meski dipercaya secara turun temurun akan kekramatannya, namun ternyata di makam tersebut tidak tertanam jasad dari sosok yang disebut Ratu Jaya.


"Yang dikubur di sini cuma selendangnya. Kalau jasadnya sampai sekarang kita juga enggak ada yang tahu. Ya kaya ksi Pitung aja, sampai sekarang enggak ada yang tahu kan jasadnya di kubur di mana? Begitupun ibu Ratu Jaya," kata Udin.

 

Sosok Ratu Jaya dipercaya warga banyak memiliki jasa untuk warga sekitar pada zaman kolonial Belanda. Namun, seperti apa peran dan sepak terjang Ratu Jaya, Udin mengaku kurang begitu paham lantaran kuncen asli generasi kesekian, yang dipercaya secara turun temurun telah berusia cukup lanjut.


"Yang jelas diperkirakan makam ini berusia ratusan tahun. Kalau menurut orangtua jaman dulu, selendang Ibu Ratu yang dikubur disini warnanya ke emasan. Yah itu percaya enggak percaya dah, namanya juga gaib," katanya.


Selanjutnya... Kereta maut dan Ratu Jaya...




Kereta maut dan Ratu Jaya


Pada 1993 terdapat peristiwa tabrakan hebat dua kereta api di Ratu Jaya

Kota Depok pada tanggal 2 November 1993 yang merupakan kecelakaan terburuk ketiga dalam sejarah perkeretaapian di Indonesia.


Seperti diketahui, sebelumnya juga terjadi Tragedi Bintaro atau peristiwa kecelakaan kereta api di Bintaro pada 19 Oktober 1987 dan kecelakaan kereta api 146 Empu Jaya yang menabrak kereta api 153 Gaya Baru Malam Selatan, pada 25 Desember 2001.


Di Depok, 2 November 1993, kecelakaan terjadi di wilayah Ratu Jaya yakni suatu lintasan atau jalur kereta api antara Stasiun Depok dan Stasiun Citayam.


Pada masa itu jalur Depok menuju Kota Bogor masih menggunakan jalur tunggal. Kecelakaan ini mengakibatkan jatuhnya 20 korban meninggal dunia dan seratus orang mengalami luka-luka.


Peristiwa kecelakaan ini terjadi pada pagi hari dan berawal dari kesalahan informasi antara petugas Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA) di pemberangkatan Stasiun Depok Lama dan Stasiun Citayam.


Kejadian bermula ketika rangkaian Kereta Rel Listrik (KRL) dengan rangkaian delapan gerbong diberangkatkan oleh Petugas PPKA stasiun Depok Lama tanpa mengabarkan berita jalur aman terlebih dahulu pada Petugas PPKA Stasiun Citayam, dan pada saat yang bersamaan sebuah rangkaian KRL lain yang sarat penumpang dari arah Bogor baru saja berangkat dari stasiun Citayam.


Peristiwa nahas itu persis terjadi di sekitar tikungan Ratu Jaya, masing-masing masinis dari jauh tidak saling melihat, baru setelah dekat kedua belah pihak saling menyadari hingga tabrakan pun tak terhindarkan.


Kereta dari Depok yang lebih ringan dengan penumpang yang nyaris kosong remuk dan terangkat ke atas, ketika kedua KRL tersebut bertabrakan muka dengan kecepatan sedang, dan menyebabkan rangkaian gerbong terdepan dari empat rangkaian kereta terbelah dua, terangkat ke atas serta menindih persambungan kereta kedua yang juga remuk.


Sementara kereta yang melaju dari arah Citayam, yang kondisinya penuh dengan penumpang juga tak jauh berbeda. Tabrakan ini mengakibatkan semua penumpang terdesak ke depan sehingga penumpang yang berada di bagian depan setiap gerbong terimpit sedangkan mereka yag berada di pintu terpental ke luar.


Terimpit dan terpental inilah yang diduga menyebabkan banyaknya korban meninggal dunia termasuk masinis dan kondektur kedua KRL.


KRL yang terlibat kecelakaan adalah KRL Rheostatik, yaitu Rheostatik Mild dan Stainless, dan akibat kecelakaan KRL ini, dua kereta dari masing-masing set rusak, sehingga digabung menjadi KRL "Catdog".


 "Ada juga yang mengkaitkan peristiwa itu dengan Ibu Ratu, namun kami di sini sama sekali tidak percaya. Kami yakin, Ibu Ratu justru sebaliknya, melindung warga Ratu Jaya dan tidak pernah merusak," kata Udin, penjaga makam Ratu Jaya.


Kini jalur Jakarta-Bogor telah ganda sepenuhnya, sehingga angka kecelakaan dapat ditekan, serta lalu lintas KRL atau KA jarak jauh menjadi semakin lancar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya