- VIVAnews/Fernando Randy
"Saya heran, padahal kami sudah menawarkan bayar rupiah per kilometer, bukan per penumpang ya, jadi walaupun kosong tetap kami bayar," ujar Ahok di Gedung DPRD DKI Jakarta, Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Sabtu, 19 Desember 2015.
Ahok mengaku kesulitan untuk mencabut trayek metromini. Dia menyebut jika sopir yang sering ugal-ugalan mengakibatkan banyak nyawa penumpang yang melayang.
"Jadi kalau saya mau cabut 3 ribu metromini di Jakarta, apa harus 3 ribu nyawa di Jakarta melayang? Mending sekali nabrak satu orang meninggal, ini bisa lebih dari satu," kata Ahok.
Padahal, menurut Ahok, aturan yang dibuat Pemprov DKI sangat mudah dan dirasa cukup menguntungkan dari kedua belah pihak.
"Mereka yang tidak mau, bagi kami sederhana banget. Kalau mau misalnya Anda punya satu mobil single, tinggal daftar kepada kami, kita masukkan ke Kopami atau Kopaja, tinggal jalan. Kamu muter-muter saja kami bayar," ungkapnya.
Dia mengerti saat ini banyak metromini dimiliki perorangan. Untuk itu, dia mendorong agar pemilik menyerahkan dan dikendalikan kepada Pemprov DKI Jakarta.
"Anda tidak mungkin ngendaliin bus Anda sendiri. Anda tumpangin saja kepada kami, kami bayar secara adil. Kita minta tolong LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan/Jasa Pemerintah) dikatalogkan rupiah per kilometer, jadi enggak usah lelang, bus kamu datang langsung kita hitung jalan pakai rupiah per kilometer ada GPS dihitung, langsung bayar," ungkapnya.
Ahok pun sudah sering memberi kesempatan kepada pihak metromini. Namun, sampai saat ini tidak ada perubahan.