Bekasi, Tempat Sembunyi Teroris Sejak 2011

Densus 88 gerebek terduga teroris
Sumber :
  • ANTARA

VIVA.co.id - Aksi terorisme yang dilakukan oleh anggota dari kelompok radikal, yang kerap terjadi di negeri ini dengan teror bom ternyata tidak pernah lepas dari satu daerah yang ada berdekatan dengan Ibukota Jakarta. Salah satunya, Kota Bekasi yang selalu menjadi tempat kelompok itu bersembunyi.
 
Dari data yang dimiliki VIVA.co.id, tercatat sejak tahun 2011 lalu sampai kasus ledakan bom Thamrin 14 Januari 2016 kemarin, Kota dan Kabupaten Bekasi diduga menjadi sarang kelompok radikal tersebut. Terbukti tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri kerap menangkap terduga di wilayah ini.
 
Seperti sehari pasca ledakan bom di Sarinah-Thamrin, tiga orang diduga terduga jaringan radikal, yang menjalankan aksinya di tangkap di lokasi berbeda di wilayah Kota dan Kabupaten Bekasi dengan mengamankan beberapa barang buktinya.
 
Adapun serangkaian penggerebekan lainnya, yang menandakan daerah yang memang dekat dengan daerah Ibukota Negara ini, menjadi sarang teroris di antaranya, pada tahun 2011  tim khusus kepolisian menangkap terduga teroris, pada 8 Oktober 2011.
 
Pasukan antiteror itu melakukan penggerebekan di Perumahan Pondok Cipta Blok E RT08/08, Bintara, Bekasi Barat, Kota Bekasi dengan mengamankan tiga orang yang di antaranya pasangan suami istri. Mereka diduga terkait kasus bom yang terjadi di Cirebon, Jawa Barat.
 
Selang beberapa hari kemudian, di tahun yang sama Densus 88 Antiteror kembali menangkap terduga teroris lainnya di Kampung Bacang RT 06/13, Jatirahayu, Pondok Melati, Kota Bekasi, pada tanggal 13 November 2011.
 
Dalam penggerebekan ini, Densus yang diketahui berjumlah 20 orang berpakaian preman dengan senjata lengkap menangkap seorang penjual pecel ayam bernama Alim (32) yang juga terkait teror bom di Cirebon dengan mengamankan barang bukti laptop, satu flash disk dan sepada motor Suzuki Spin.
 
Lepas di tahun berikutnya, pada tanggal 9 September2012 yang kembali para terduga jaringan teroris ditangkap terkait jaringan kelompok Umar Patek di Perumahan Villa Mutiara Gading Rivera RT6/9 Blok E2 No 33, Karangsatria, Tambun Utara, Kabupaten Bekasi.
 
Petugas dari rumah yang diketahui dihuni seorang wanita tua bersama dengan dua anak laki-lakinya dan satu wanita yang merupakan menantunya istri dari salah satu anak di rumah tersebut. Namun, polisi tidak menangkap semuanya dan hanya dua anak lelakinya saja bernama Amir dan Agus yang diamankan.
 
Dari penangkapam itu juga, petugas pun mengamankan sejumlah barang bukti yang diduga sebagai bahan untuk membuat rangkaian bom, untuk diledakkan oleh kelompok dari dua terduga teroris itu di antaranya, sejumlah paralon, laptop dan satu dus yang berisi data dari jaringan kelompoknya.
 
Selanjutnya, di tahun 2013, serangkaian penggerebekan terduga teroris dilakukan tim Densus 88 di tiga lokasi terpisah dengan total terduga teroris yang diamankan sebanyak empat orang terkait kasus rencana pengeboman di Kedubes Myanmar, Gereja di Solo dan Polres Cirebon.
 
Mereka yang ditangkap di antaranya, Khaerul Ikhwan, (32) warga Desa Sare Mulyo RT 2/1 kel Wonosari, Jawatimur, Andri Wahonno (21) warga Dusun Gardu RT 5/6 kel Gamping Kec Suruti, Jawa Timur, dan Ahmad Irfan (22) warga Bogares Kidul Rt 27/24, Kel Pangkalan, Kec Tegal. Ketiganya diamankan di disebuah Toko Percetakan Andescre, Jalan Mayor Hasibuan nomor 12, Margahayu, Bekasi Timur, Kota Bekasi.
 
Selain ketiganya, anggota kepolisian dari Densus 88 selang berapa jam kemudian juga menangkap satu pelaku lainnya bernama Wahyudin, seorang penjual Kebab di Kampung Pintu Air RT 06/03, Harapan Mulya, Medan Satria, Kota Bekasi.
 
Dari hasil penggerebekan, ditemukan satu pucuk senjata jenis FN, Air softgun serta 74 butir peluru. Sebetulnya, Densus 88 kemudian juga menggerebek sebuah rumah kontrakan yang diketahui gudang atau tempat usaha Wahyudin di Perum Irigasi Danita, Jalan Irigasi Baru RT 04/014, Bekasi Jaya, Bekasi Timur Kota Bekasi. Namun, di lokasi itu sudah tak berpenghuni.
 
Masih di tahun yang sama, tepatnya, 15 Desember 2013, Densus 88 melakukan penggeledahan di Kampung Rawa Sapi, RT 03/RW 10 Nomor 148-151, Kelurahan Jatimulya, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.
 
Rumah yang diduga milik seorang anggota jaringan teroris yang pada Minggu sore ditangkap di daerah Lamongan, Jawa Timur, bernama Irwan Kurniawan alias Arqom.

Gelar Operasi Antiteror, Polisi Kanada Lumpuhkan Tersangka

Dan rumah yang digerebek itu diketahui milik kakaknya yang diduga sebagai penyandang dana aksi teroris bernama Edi Nuvian yang juga seorang aktifis partai Keadilan Sejahtera.
 
Dari lokasi itu, beberapa barang yang dibawa petugas terkait dugaan aliran dana untuk teroris seperti buku rekening BCA, kartu ATM BCA, ada fotokopi STNK, fotokopi KTP.

Tak berakhir di rumah itu, petugas juga menggeledah gudang di Kampung Babakan, RT 02/RW 03 Nomor 213 Kelurahan Mustikasari, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat.
 
Gudang ini merupakan milik Edi yang dulu pernah dijadikan tempat pembuatan furniture dan pernah juga digerebek anggota kepolisian Polda Metro Jaya terkait kasus perampokan toko emas yang terjadi di daerah Tambora, Jakarta Barat. Namun, tidak ditemukan apapun di lokasi.
 
Hanya saja, sebelumnya terkait kasus perampokan toko emas sebelumnya pada 15 Maret 2013 lalu, kepolisian yang menggerebek gudang mengamakan barang bukti seperti, 5 pucuk senjata api rakitan yang mirip jenis Scorpio, 34 butir peluru, 1 kilogram emas hasil dari Tambora dan 14 bom pipa yang ada di dalam rumah semi permanen terbuat dari seng.
 
Lebih jauh, kasus lain dari penggeledahan teroris di kota berjulukan Kota Patriot belum lama ini, di akhir tahun jelang natal dan tahun baru 2016, seorang terduga teroris digerebek tim densus 88 di Kampung duku Rt 05/09, Kelurahan Pejuang, Kecamatan Medansatria Kota Bekasi. Namun, tidak diketahui terkait kasus apa mereka diamankan.

Bertemu Menteri Australia, Yasonna Bahas Soal Terorisme

Dan akhirnya, awal tahun 2016 ini tepatnya pasca ledakan bom Sarinah-Thamrin yang menewaskan 7 orang, anggota Densus 88 Antiteror kembali mengamankan terduga teroris di daerah ini. Seakan Kota dan Kabupaten Bekasi pun menjadi lokasi yang aman bagi para pelaku kelompok radikal.
 
Diduga, sebagai salah satu jaringan teroris yang beraksi di Jakarta itu, tiga orang di lokasi berbeda kembali diamankan tepatnya di Kecamatan Rawalumbu dan Kecamatan Mustikajaya. Dari aksi penggerebekan itu, akhirnya menjadi daftar panjang sudah menyebarnya jaringan radikal di Kota Bekasi.


Mudah disinggahi

UEA: Teroris Sebarkan Radikalisme Lewat Video Game

Terkait sejumlah penggerebekan yang terjadi setiap tahunnya, Pengamat Terorisme, Al Chaidar, mengatakan, Kota Bekasi yang merupakan daerah penyangga Ibu Kota DKI Jakarta, memang sangat rentan dijadikan sarang terorisme. Selain masyarakatnya dikenal heterogen dan biaya tempat tinggalnya yang murah.
 
Tidak hanya itu, pemilihan lokasi di Kota dan Kabupaten Bekasi juga dianggap bagi mereka sebagai alternatif yang terdekat dengan induk kelompok Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

"Sel-sel ideologi dari DI/TII, hingga kini masih ada dan sulit untuk dihilangkan," ujar Al Chaidar saat dihubungi.
 
Menurut Chaidar, DI/TII perlu diawasi hal ini belajar dari tragedi pemberontakan kelompok tersebut pada tahun 1949 lalu. Saat itu, kelompok tersebut hendak membuat negara Islam tersendiri.

Oleh karena itu, kata dia, polisi setempat perlu meningkatkan pengawasan, pemantauan dan pendataan terhadap warga pendatang.
 
Menelisik dari letak dan sejarah tersebut, kata dia, tak heran bila Bekasi menjadi lokasi idola para penganut paham radikalisme untuk bermukim di sana.

"Bekasi menjadi tempat strategis bagi penganut paham radikalisme. Karena berdekatan dengan Jakarta dan Jawa Barat, jadi memudahkan akses mereka untuk mobilisasi," kata dia.
 
Dia menilai, paham radikalisme cenderung menyasar masyarakat yang hidup dengan latarbelakang ekonomi menengah ke bawah. Alasannya, golongan masyarakat itu minim pengetahuan sehingga mudah dipengaruhi.

"Masyarakat golongan ini juga terpaksa masuk ke kolompok itu karena ingin berubah nasib. Karena biasanya, mereka akan mendapat jaminan hidup dari kelompoknya," kata Chaidar.

Upaya polisi

Kapolresta Bekasi Kota, Komisaris Besar Herry Sumarji, menganggap, wilayah hukumnya memang menjadi daerah strategis yang banyak disinggahi pendatang baru, dikarenakan wilayahnya berdekatan dengan Ibu Kota DKI Jakarta.
 
Diakui Kapolres, pihaknya pun akan terus berusaha guna mengantisipasi dan pencegahan para teroris dengan penyebaran paham radikalisme, pihaknya gencar menggelar operasi yustisi di sejumlah indekos dan kontrakan di wilayah hukumnya.
 
Hal ini menyusul aksi teror bom di Sarinah, Jakarta Pusat beberapa hari lalu. "Sudah sepekan ini kami melakukan operasi yustisi guna mengantisipasi penyebaran paham radikalisme di Kota Bekasi," kata Herry.

Dia menyebut, operasi yustisi terakhir digelar pada Rabu 20 Januari 2016 malam lalu di kontrakan dan indekos di Jalan Dewi Sartika, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi.
 
Dalam kegiatan tersebut, polisi juga menggandeng pemerintah daerah dalam hal ini, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).

"Operasi ini juga merupakan instruksi langsung dari pimpinan Polri," ucap dia.
 
Dalam giat itu, kata dia, petugas memeriksa identitas, termasuk Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan surat ijin di daerah setempat. Tujuannya, agar warga pendatang bisa teridentifikasi keberadaan dan aktifitasnya di Kota Bekasi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya