Proses Hukum Jika Pemutilasi Anak Alami Gangguan Jiwa

Rumah kontrakan tempat Mutmainah bunuh bayinya.
Sumber :
  • Raudhatul Zannah - VIVA.co.id

VIVA.co.id – Terdapat fakta baru bahwa Mutmainah (28), istri anggota Propam Polda Metro Jaya, tega membunuh anaknya bernama A (1), karena mengikuti bisikan-bisikan gaib. Hal itu dilakukan, karena dirinya mempelajari ilmu tertentu, agar hidupnya menjadi sempurna.

Wanita Umur 80 Tahun Dimutilasi, Diduga oleh Anak Kandung

Hal itu didapati dari keterangan sementara Mutmainah. Namun, pihak Kepolisian akan melakukan pemeriksaan kejiwaan, agar bisa menentukan penyidikan kasus mutilasi ini. Lalu, bagaimana jika memang Mutmainah terbukti mengalami gangguan jiwa?

"Nanti kita dalami betul, apa dia betul 44 (pasal cacat kejiwaan), atau memang halusinasi saja," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Awi Setiyono, Rabu 5 Oktober 2016.

Anak Gorok Leher Ibu Kandung hingga Putus

Ia pun menyebut, jika hanya halusinasi Mutmainah, dirinya harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Namun, jika dalam pemeriksaan kejiwaan Mutmainah memang mengalami gangguan jiwa, tidak bisa dipertanggungjawabkan.

"Tetapi, kalau hanya bisikan saja kemudian dia bisa beraktivitas seperti biasa, itu kita minta pertanggungjawabkan perbuatannya," ujarnya.

Kasus Pembunuhan, Mengapa Pelaku Tega Mutilasi Korbannya?

Rencananya, penyidik akan memeriksa kejiwaan dan psikologi dari Mutmainah. Nantinya, dari hasil pemeriksaan kejiwaan tersebut dapat disimpulkan arah penyelidikan kasus ini.

"Sedang dalam pendalaman lebih lanjut. Ya kita menentukan dengan psikologi apa gangguan jiwa permanen atau hanya sekali-kali halusinasi," ucapnya.

Mengenai alasan Mutmainah mengikuti aliran tersebut, sampai saat ini pihaknya masih mendalaminya.

"Ya kita belum sampai kesana, dia hanya ingin hidup sempurna saja. Nanti kita akan dalami terus," ujarnya.

Awi pun menuturkan, pihaknya akan menjamin memberikan pendampingan psikologi, baik ke Mutmainah, Aipda Deni dan anak perempuannya yang mengalami luka di kupingnya.

"Dari SDM bagian psikologi, kami dampingi termasuk suaminya tentu akan kita lakukan itu. Kalau istrinya akan kita dalami juga dengan psikologi, kenapa bisa terjadi demikian? Karena memang secara tiba-tiba, mungkin pada saat itu terjadi hal yang membuat yang bersangkutan membunuh anaknya itu. Kami kan juga pertama menganalisa, ada apa ini? Apa ada tekanan dari suami, ternyata tidak, ternyata gangguan halusinasi yang diderita," katanya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya