Permintaan Maaf Ahok Diapresiasi

Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Sumber :
  • Fajar GM - VIVA.co.id

VIVA.co.id – Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), menyatakan permohonan maaf  kepada umat Islam atas ucapannya yang menjadi sumber polemik di tengah masyarakat Jakarta. Sejumlah pihak menyambut baik permohonan maaf tersebut, karena dianggap akan dapat segera menetralisir keadaan dan menghentikan polemik yang cukup panjang.

Jadi Pj Gubernur Sultra, Komjen Andap Beberkan 5 Tantangan Termasuk Netralitas ASN di 2024

Katib Syuriah PWNU Jakarta, KH Ahmad Zahari, menganggap sikap Ahok itu sudah sangat tepat demi menciptakan kondisi yang kondusif jelang pelaksanaan Pilkada di Jakarta.

“Saya sangat menyambut baik sikap Ahok meminta maaf. Ini menunjukkan bahwa Ahok bukan orang yang sombong. Lepas dari kontroversi Ahok salah atau tidak, minta maaf itu menunjukkan sikap kenegarawanan Ahok,” ujar Zahari dalam keterangan persnya, Senin 10 Oktober 2016.

Jadi Tersangka, Ini Pengakuan Otak Spanduk SARA Tolak Bioskop XXI

Sejak awal polemik itu terjadi, kiai yang murah senyum ini menyatakan sangat berharap Ahok menyampaikan permohonan maaf. Bagaimanapun, polemik itu telah membuat gaduh suasana di Jakarta.

“Alhamdulillah, hari ini Ahok sudah minta maaf. Ini akan sangat baik bagi Ahok. Selama ini dia dikesankan sebagai orang yang arogan, tapi ternyata tidak. Mau meminta maaf itu menunjukkan bahwa dia memiliki kepekaan yang sangat tinggi,” tegas Zahari.

Hasto: Ahok Belum Terdaftar Jadi Kader PDI Perjuangan

KH Ahmad Zahari adalah salah satu narasumber dalam halaqah yang digelar oleh Kaum Muda Nahdlatul Ulama (NU) DKI Jakarta dengan tema Pilkada: Kesetiaan pada Pancasila dan UUD 45, pada Ahad 09 Oktober 2016.

Pada kesempatan tersebut Zahari menegaskan bahwa kesatuan (keseragaman) dalam NU hanya dalam soal ibadah dan tarbiyah (pendidikan) keagamaan. Sedang dalam soal politik, orang NU memiliki kebebasan memilih calon pemimpin sesuai hati nurani masing-masing.

“Tidak pernah ada instruksi kelembagaan yang mengharuskan orang NU memilih calon tertentu dalam Pilkada di Jakarta. Orang NU bebas memilih. Orang NU seragam dalam soal ibadah dan pendidikan keagamaan. Kalau soal politik, itu urusan individu masing-masing,” kata Zahari.

Ketika menjelaskan soal kriteria pemimpin yang baik menurut NU, Zahari menegaskan bahwa NU selalu mengajak masyarakat untuk memilih pemimpin yang benar-benar memberikan maslahat kepada masyarakat luas.

“Soal kriteria, ya kriteria umum lah sesuai dengan prinsip kemaslahatan masyarakat luas. Pekerja keras, punya visi yang baik, jujur, adil dan transparan. Saya pikir inilah kriteria pemimpin yang dibutuhkan oleh masyarakat manapun. Sederhana saja. Tinggal bagaimana masyarakat mampu melihat kriteria tersebut; ada pada calon gubernur dan wakil gubernur yang mana,” kata Zahari.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya