Soal Demo Penolakan Ahok, Intelijen Sudah Ingatkan Timses

Calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Sumber :
  • VIVA/Eduard

VIVA.co.id – Polda Metro Jaya mengevaluasi pengamanan terhadap para calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta selama mengikuti tahapan kampanye. Hal itu menyusul insiden yang menimpa Calon Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, yang mendapat penolakan saat berkampanye di Jalan Rawa Belong, Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Rabu 2 November 2016.

Eks Ajudan SYL Ungkap Firli Minta Uang Rp50 Miliar, Apa Kabar Berkas Kasus Pemerasan di Polri?

"Adanya ancaman kemarin penolakan peserta nomor 2 di Rawa Belong itu sebagai evaluasi kita termasuk tim sukses," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Awi Setiyono, kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Kamis 3 November 2016.

Dia pun berharap, timses cagub dan cawagub DKI Jakarta cerdas menghadapi gangguan dan situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas).

Polisi Sebut Wanita yang Ditemukan Tewas di Dermaga Pulau Pari Kerja Open BO

"Lebih cerdas merespons situasi kamtibmas, apapun keamanan dan keselamatan peserta pemilu itu yang utama. Kami tidak bisa larang, nanti kontraproduktif," ucapnya.

Menurutnya, penolakan Ahok oleh sebagian warga sudah dideteksi oleh intelijen kepolisian. Polisi pun sudah memperingatkan timses Ahok.

100 Ribu Pendukung Prabowo-Gibran Diklaim Bakal Aksi di MK Besok, Polri Lakukan Ini

"Sudah berjalan tiap hari kami monitor informasi intelijen. Makanya kemarin sudah kami kasih tahu. Sebelum mereka ke sana kami sudah tahu apa yang akan terjadi, makanya kemarin sudah kami ingatkan sama Ahok. Pada pelaksanaannya itu kami sudah kasih tahu," ucapnya.

Awi pun menjelaskan setiap kegiatan cagub dan cawagub sudah sesuai prosedur yang ada. Sebanyak 13 personel disiapkan mengawal cagub dan cawagub selama masa kampanye, hingga pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI.

"Kami akan lihat terkait ancamannya itu yang lihat Kapolres dan berapa personel yang diturunkan kami amankan," katanya.

Ketika ditanya apakah ada penambahan personel atas insiden tersebut, Awi pun enggan menjelaskannya. Ia hanya menjelaskan pengamanan cagub dan cawagub sesuai prosedur tetap (protap).

"Kalau polisi pengamanan ada protapnya. Terkait massa damai kita gunakan Perkap nomor 16/2006 terkait dalmas (pengendalian massa). Kalau massa anarki kita gunakan Perkap nomor 1/2009 terkait penggunaan kekuatan dalam tindakan kepolisian," katanya.

Protap yang dimaksud Awi mulai dari polisi hadir, sarpras (sarana prasarana), mobil polisi, perlengkapan yang bisa berikan efek deteren. Kemudian perintah lisan, kekuatan tangan kosong, sepanjang masih damai dan bisa diajak bicara bisa menggunakan tangan kosong.

Namun, apabila eskalasi meningkat, aparat bisa menggunakan alat misalnya benda tumpul seperti tongkat, fiber, gas air mata, security barrier.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya