Terungkap, Begini Karakteristik Hacker Indonesia

Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Polisi Setyo Wasisto.
Sumber :
  • Viva.co.id/Irwandi

VIVA – Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri, Inspektur Jenderal Polisi Setyo Wasisto, mengungkapkan sejumlah karakteristik peretas atau hacker yang ada di Indonesia. Salah satunya adalah sekadar iseng dan menguji kemampuan.

Jelang Lebaran, Satgas Pangan Polri Waspadai Kelonjakan Harga Bahan Pokok di Babel

"Yah memang ada beberapa karakteristik diantaranya adalah memang mereka iseng untuk menguji kemampuan," ujar Setyo di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin 19 Maret 2018.

Karakteristik ini, kata Setyo, tidak memikirkan motif ekonomi. Dengan bisa membobol situs tertentu mereka mendapatkan kebanggaan tersendiri. Untuk itu, dalam menghadapi karakteristik ini perlu adanya edukasi bahwa apa yang dilakukan melanggar hukum.

Keliling Pasar di Jatim, Satgas Pangan Pastikan Harga Bahan Pokok Stabil

"Kami lihat apakah keisengan mereka ini buat berdampak luas apa tidak. Banyak yang mempunyai keahlian mereka mampu memasuki pengamanan ini tapi hanya ingin mencoba membobol situs tertentu. Kalau berhasil dia sangat bangga. Ini perlu diedukasi lagi bahwasanya ini melanggar hukum," katanya.

Karakteristik berikutnya, lanjut Setyo, adalah bermotif ekonomi. Jenis peretas ini, menurut Setyo melakukan upaya tertentu untuk mendapatkan keuntungan finansial dari pihak yang dirugikan.

Diduga Produksi Oli Palsu, Komunitas Aktivis Muda Indonesia Desak Mabes Polri untuk Segera Tangkap

"Mereka masuk melakukan blackmail pengancaman, pemerasan untuk mendapatkan ekonomi," ujar dia.

Untuk motif ekonomi dengan tujuan dan modus kejahatan, Setyo memastikan akan dikenai pidana. Misalnya, yang dilakukan oleh kelompok Surabaya Black Hat. "Untuk kelompok Surabaya Black Hat motifnya ekonomi," katanya.

Dua Tim

Sementara terkait kelompok hacker Black Hat ini, Setyo menyatakan Kepolisian masih melakukan pendalaman. Kepolisian membuat tim untuk melakukan pendalaman lebih lanjut pada kelompok peretas tersebut.

"Ini buat dua tim, satu tim untuk proses yang sudah ada (ditangkap), satu tim lagi untuk mengembangkan," ujar Setyo.

Kedua tim bentukan ini, menurut Setyo bekerjasama dengan Federal Bureau Investigation (FBI) dan Interpol. Kerja sama dilakukan dengan tujuan mengembangkan kasus peretasan yang menggunakan teknologi tinggi.

Tiga orang tersangka jaringan hacker internasional ditangkap Polda Metro Jaya

Tersangka kasus peretasan ‘Black Hat’ asal Surabaya

Saat ini, kasus yang mengakibatkan ribuan situs diretas itu masih dalam penanganan Polda Metro Jaya. "Dari Ditreskrimsus (Direktorat Reserse Kriminal Khusus) sedang dikembangkan," lanjut dia.

Sebelumnya FBI menginformasikan adanya kerusakan sejumlah sistem pengamanan situs pada beberapa negara. Hal tersebut direspon Polda Metro Jaya yang melakukan analisis selama dua bulan. Berdasarkan hasil analisis dan penyelidikan diketahui sistem keamanan situs yang diretas mencapai 3.000 web yang dilakukan mahasiswa asal Surabaya Jawa Timur bernama kelompok Surabaya Black Hat (SBH).

Dari SBH itu ditangkap tiga mahasiswa berinisial KPS, ATP dan NA. Para tersangka menjalankan modus merusak sistem pengamanan situs. Mereka menawarkan jasa perbaikan melalui Paypal dan Bitcoin dengan kisaran Rp 5 juta dengan ancaman jika tidak membayar maka sistem situs akan rusak. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya