Tiga Cara Hadapi Dampak Perang Dagang AS-China

Penutupan Perdagangan Saham Akhir Pekan
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

VIVA – Ekonom dan ahli perdagangan internasional Universitas Indonesia, Fithra Faisal mengatakan, pemerintah sudah saatnya mengambil langkah-langkah untuk menghadapi pengaruh perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Sebab saat ini, kata dia, untuk jangka pendek, perang dagang antarkedua negara tersebut bisa mengguncang sektor finansial, atau pasar obligasi.

7 Negara Ekonomi Terbesar di Dunia Tahun 2050, Peringkat Indonesia Gak Main-main!

Dia beralasan, setelah AS dan China baru berpotensi perang dagang saja, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah terus mengalami penurunan, di mana pada saat penutupan perdagangan kemarin, IHSG kembali turun 43,38 poin atau 0,69 persen ke level 6.210,70 dari posisi negatif hari sebelumnya di posisi 6.254,07.

Hal ini, lanjut dia, juga diperburuk dengan adanya ancaman China untuk mengevaluasi kepemilikan surat utang AS, atau treasury bills, yang jika ini akhirnya dievaluasi China maka akan ada keguncangan di pasar obligasi.

BRI Kembali Terbitkan Green Bond, Wujud Komitmen Pembiayaan Berkelanjutan

"Keguncangan ini maka akan meningkatkan suku bunga internasional. sehingga cost of financing dengan suku bunga yang meningkat itu jadi lebih tinggi. Sehingga akan memengaruhi kondisi perusahaan yang terlibat di IHSG, serta akan ada potensi penurunan yang cukup tajam kalau ini dibiarkan berlarut-larut," ujar Faisal, Sabtu, 24 Maret 2018.

Karenanya, kata dia, pemerintah perlu mengambil langkah antisipasi dalam jangka pendek dengan hadir atau intervensi ke pasar melalui bauran kebijakan antara pemerintah selaku otoritas fiskal dan BI selaku otoritas moneter.

BRI Perkuat Komitmen untuk Sustainable Finance di Indonesia

Selain itu, antisipasi jangka menengah bisa dilakukan pemerintah dengan cara memetakan kembali pasar-pasar baru non-tradisional sebagai alternatif kerja sama perdagangan.

"Dalam artian negara-negara baru, bukan negara-negara yang sudah umum menjadi partner dagang. Seperti di Afrika, kita punya Nigeria, Angola, dan Senegal. Timur Tengah juga ada di beberapa tempat yang sebenarnya belum tersentuh selama ini," paparnya.

Sementara itu, untuk jangka panjang, kata dia, pemerintah bisa melakukan penguatan regional melalui regional comprehensive economic partnership serta penguatan industri dasar melalui penguatan infrastruktur.

"Setidaknya mungkin bisa antisipasi dampak buruk dari adanya potensi trade war tersebut, meski kalau kita bicara ini strateginya lebih jangka panjang," tuturnya.

Meski demikian, tambah dia, dari sisi perdagangan internasional, Indonesia secara langsung tidak akan terdampak dengan adanya perang dagang tersebut.

"Kita tidak terlalu terancam secara langsung. Tapi kalau misalkan ini terjadi secara persistence, posisi perdagangan, atau potensi perang dagang ini meluas ke negara-negara lain, dan meluas ke sektor lain, kita mungkin akan terdampak," ujar Fithra.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya