Sastrawan Senior: Sukmawati Penari, Bukan Penyair

Sukmawati Soekarnoputri.
Sumber :
  • VIVAnews/Tri Saputro

VIVA – Kritikan pada Sukmawati Soekarnoputri terus berlanjut karena puisi kontroversialnya berjudul 'Ibu Indonesia' yang memantik reaksi keras dari umat Islam. Sastrawan senior Sumatra Barat, Nasrul Azwar menilai yang dibacakan putri Proklamator RI itu bukan puisi melainkan hanya karya tulisan.

Polisi Ungkap Motif TikToker Galih Loss Buat Konten Diduga Menistakan Agama

Nasrul Azwar yang akrap dipanggil Mak Naih ini menekankan yang dibaca Sukmawati merupakan karya tulis biasa yang mengandung pernyataan pribadi. Bagi Nasrul yang berkecimpung di dunia puisi sejak 1985 itu, seorang penulis puisi atau penyair harusnya melewati proses kreatif yang tidak singkat.

"Sukmawati, penari iya namun bukan seorang penyair. Untuk menjadi penyair itu butuh proses yang panjang. Yang disampaikan beliau adalah karya tulisan berupa statement secara personal," kata Nasrul, Rabu 4 April 2018.

TikToker Galih Loss Resmi Ditahan, Terancam Hukuman Penjara 6 Tahun

Nasrul meminta agar publik bisa paham dan membedakan karya puisi dengan yang bukan. Menurutnya, masyarakat juga harus mendapatkan edukasi lebih tentang produk puisi maupun karya seni lainnya. Untuk karya Sukmawati, ia menegaskan bukan merupakan puisi.

"Sekali lagi, itu bukan karya puisi karena itu dibuat dalam waktu singkat. Sementara, penyair yang melahirkan karya puisi pasti akan melewati masa atau proses kreatif yang panjang," jelas Nasrul.

Usai Ditangkap Polisi, TikToker Galih Loss Minta Maaf, Janji Tak Buat Konten Serupa

Dia menjelaskan kembali bahwa penyair adalah sebutan untuk seorang pengarang syair atau sajak. Meski terlihat sederhana, namun pembuatan karya puisi membutuhkan imajinasi yang tinggi.
 
"Banyak karya puisi yang berkonotasi keras, yang dibuat bertujuan untuk mengkritik. Namun kesemuanya itu adalah karya seni," tutur Nasrul.

Terkait proses hukum, Nasrul menekankan proses yang wajar dalam negara dengan sistem demokrasi. Republik Indonesia merupakan negara demokrasi yang juga menjadikan hukum sebagai panglima tertinggi.

"Jadi biarkan proses hukum berjalan. Kita lihat saja nanti endingnya seperti apa," ujar Nasrul. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya