Fakta OPM, Pakai Mayat Tabrakan untuk Fitnah TNI

Kolonel Frits dan pasukan TNI selamatkan bayi yang mau dibakar OPM.
Sumber :
  • Dokumen Kodam XVII Cenderawasih.

VIVA – Dalam satu bulan ini, Tentara Nasional Indonesia telah berhasil menyelamatkan ratusan penduduk di dua wilayah di Papua, yang disandera kelompok bersenjata dari gerakan separatis Organisasi Papua Merdeka.

Pratu Herianto, Korban Kebiadaban Teroris OPM Diterbangkan ke Timika

Operasi penyelamatan sandera bukan perkara mudah. Sebab, TNI harus berjibaku dengan ganasnya alam Papua, dan tentunya ancaman kelompok bersenjata. Seorang prajurit gugur dalam melaksanakan tugas kemanusiaan ini.

Menurut Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih, Letkol Inf Muhamad Aidi, selama operasi penyelamatan berlangsung, TNI tak hanya dihadapi pada ancaman bahayanya nyata di medan operasi, tapi juga ancaman berita bohong alias hoax yang tak henti-henti disebarkan OPM melalui berbagai media sosial. Salah satunya yakni tentang hoax kekejaman TNI terhadap rakyat Papua.

Gerombolan KST Berulah Kembali, Bakar Honai Milik Masyarakat di Papua

"Ada korban minuman keras meninggal difoto, lalu dimuat di media sosial, dan bilang itu korban kekerasan TNI. Ini kebohongan yang disebarkan OPM," kata Aidi kepada VIVA melalui sambungan telepon, Senin, 23 April 2018.

Baca: Kisah Dramatis TNI Selamatkan Bayi yang Mau Dibakar OPM

Upacara Militer Iringi Pemulangan 3 Jenazah Prajurit TNI dari Papua

TNI evakuasi guru SD yang disandera OPM

Aidi menuturkan, tak hanya itu, simpatisan OPM juga kerap memfitnah TNI dengan foto-foto warga Papua yang tewas dalam kondisi mengenaskan dalam sebuah kejadian kecelakaan lalu lintas.

"Keseringan yang mereka lakukan, korban laka lalin (lalu lintas), perang suku, mereka upload di media, lalu ditulis 'Korban Pembantaian TNI'. Ini mereka benar-benar bohong. Faktanya mana ada TNI pakai golok," ujar Aidi.

Aidi mengatakan, OPM sengaja mengangkat isu kejahatan Hak Asasi Manusia dalam setiap berita hoax yang disebar, untuk menarik perhatian dunia internasional. Salah satunya isu tentang pembantaian massal alias genosida.

"Selalu ke media disebarkan isu tentang genosida, korbannya sampai 300-an ribu. Faktanya di mana? Kuburannya di mana," ujar Aidi.

Selama ini, Komnas HAM dan pegiat HAM yang masuk ke Papua, tak pernah menyelidiki isu bohong itu ke lapangan. Padahal TNI sudah menyatakan siap membuka penyelidikan yang dituduhkan.

"TNI siap membuktikan bahwa tidak ada pelanggaran HAM di Papua. Ayo, kita lakukan investigasi bersama, Polri, Komnas HAM dan secara terbuka," ujar Aidi.

Baca: Sadis, Guru SD Diperkosa 6 Anggota OPM

Kepala Staf Operasi Komando Nasional TPNPB, G.Lekkagak Telenggen

Dalam beberapa waktu belakangan ini, kondisi keamanan di wilayah Papua semakin memanas. Terutama setelah adanya ultimatum perang yang dikeluarkan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB).

Bahkan, TNI dan Polri telah menggelar operasi senyap menumpas kelompok yang dijuluki dengan Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) itu.

Pernyataan ultimatum perang itu diumumkan Mayor Jenderal G. Lekkagak Telenggen, usai dilantik sebagai Kepala Staf Operasi Komando Nasional TPNPB, pada 2 Februari 2018, di Markas Kimagi, Distrik Yambi, Puncakjaya, Papua.

Pembacaan ultimatum itu diunggah TPNPB di akun YouTube resminya. Dalam rekaman video, terlihat ultimatum dibacakan secara resmi dengan latar belakang bendera Bintang Kejora dan dikawal puluhan anggota OPM bersenjata laras panjang.

"Perang jangan berhenti, perang harus tanpa intervensi internasional di Papua. Ultimatum perang, saya sudah umumkan. Jadi, perang harus dilakukan di mana saja di Papua. Ketentuan, aturan perang kita sudah keluarkan itu. Panglima TNI, Polda harus tunduk pada aturan itu. TPN di seluruh Papua, perang harus berdasarkan aturan ini. Tujuan kami ingin perang lawan TNI, Polri sudah tercantum dalam aturan TPN," kata Lekkagak.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya