Kapolri Prihatin Anak-anak Jadi Pelaku Bom Bunuh Diri

Serangan bom di Mapolrestabes Surabaya, Senin, 14 Mei 2018.
Sumber :
  • Ist

VIVA – Fenomena bom bunuh diri yang dilakukan oleh wanita dipastikan bukan yang pertama, namun aksi bom bunuh diri dengan menggunakan anak-anak baru pertama terjadi di Indonesia.

On This Day: Teror Bom Surabaya Bikin Persebaya Geram

Kapolri Jenderal Tito Karnavian dalam keterangan pers yang digelar di Polda Jawa Timur menyampaikan, bom bunuh diri degan wanita pernah digagalkan. Saat itu, pelaku adalah Novi yang ditangkap dalam keadaan hamil dan dia ditahan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok.

"Dibawa ke rutan Mako Brimob, beberapa bulan kemudian yang bersangkutan melahirkan bayi. Waktu melahirkan yang menolong dan mengurusi itu Sulastri, polwan," katanya.

VIDEO: Ungkapan Getir Polisi Korban Bom Surabaya soal WNI Eks ISIS

Penangkapan Novi terkait fenomena serangan bom bunuh diri oleh wanita di Indonesia. Sementara aksi bom bunuh diri dengan anak-anak baru pertama kali dilakukan di Indonesia, pelaku berusia 9 dan 12 tahun.

"Bomnya di pinggang. Di ISIS mereka sudah lakukan di Suriah menggunakan anak-anak. Memprihatinkan perkembangan seperti ini. Kita akan bekerja lebih keras lagi untuk menangani ini," katanya.

VIDEO: Korban Cacat akibat Bom Surabaya Tak Rela Eks ISIS Dipulangkan

Seperti diketahui, bahwa seluruh pelaku bom bunuh diri adalah satu keluarga. Menurut Kapolri, dari hasil identifikasi dipastikan bahwa keluarga ini adalah jaringan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Serangan yang dilakukan kelompok ini kemungkinan motifnya karena ada instruksi dari ISIS yang mendesak dan memerintahkan sel-sel mereka untuk melakukan serangan. Sel jaringan ini yang ada di Surabaya dipimpin langsung oleh Dita Oepriarto.

"Penangkapan Aman Abdurrahman terkait dengan perencanaan pendanaan kasus bom Thamrin di Jakarta di tahun 2016 awal.  Kemudian setelah itu berganti kepemimpinan dialihkan kepada tokoh pimpinan JAD Jatim atas nama Zaenal Anshori, kurang dari 5 bulan yang lalu ditangkap Mabes Polri berkaitan dengan pendanaan senjata api dari Filipina ke Indonesia," kata Kapolri.

Proses hukum terhadap pimpinan kelompok JAD membuat kelompok dan jaringan JAD, khususnya yang ada di Jatim memanas dan ingin melakukan pembalasan. Juga terkait dengan kerusuhan di Mako Brimob yang menurut Kapolri bukan sekadar kerusuhan yang terkait soal makanan.

"Tapi karena ada upaya untuk melakukan pembalasan, kemudian untuk di Jatim sendiri, JAD cabang Surabaya. Kelompok ini melakukan langkah-langkah secara tertutup untuk melakuakn penyerangan dengan mempersiapkan bom," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya