Dita Pengebom Gereja Pernah Kuliah di Unair, IPK 1,47

Petugas Penjinak Bom (Jibom) melakukan identifikasi ledakan di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Surabaya.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

VIVA – Polisi segera merilis identitas para pelaku bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur, pada Minggu, 13 Mei 2018. Mereka adalah satu keluarga, yaitu pasangan suami-istri dan empat anaknya; dua laki-laki dan dua perempuan.

On This Day: Teror Bom Surabaya Bikin Persebaya Geram

Berdasarkan informasi yang disampaikan Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian dalam konferensi pers di Surabaya kemarin, pemimpin utama aksi peledakan itu ialah si suami, Dita Oepriarto, warga Surabaya, berusia 47 tahun.

Menurut Tito, Dita-lah yang memimpin istri dan keempat anaknya untuk meledakkan diri dengan bom di tiga gereja di Surabaya. Dita juga yang membagi tugas masing-masing: dia di Gereja Pantekosta, istri dan dua anak perempuannya di Gereja Kristen Indonesia, sementara dua anak lelakinya di Gereja Santa Maria Tak Bercela.

VIDEO: Ungkapan Getir Polisi Korban Bom Surabaya soal WNI Eks ISIS

Belakangan beredar kabar bahwa Dita Oepriarto ialah lulusan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Sebagian menyebutkan bahwa Dita sebenarnya di-drop out atau dikeluarkan dari kampus itu, sempat menempuh mata kuliah sebanyak 47 SKS dengan IPK 1,47.

Otoritas Unair membantah kabar pertama, berdasarkan keterangan tertulis yang diterima VIVA pada Senin, 14 Mei. Hal yang benar ialah Dita Oepriarto pernah terdaftar dan kuliah di Fakultas Ekonomi Unair dengan nomor induk mahasiswa 049114141P.

VIDEO: Korban Cacat akibat Bom Surabaya Tak Rela Eks ISIS Dipulangkan

Dita, menurut keterangan itu, pernah terdaftar sebagai mahasiswa Diploma III Program Studi Manajemen Pemasaran, bukan Diploma III Akuntansi.

"Yang bersangkutan tidak lulus alias DO (drop out) dari program tersebut dan hanya menempuh 47 SKS dengan IPK 1,47."

"Yang bersangkutan juga tidak pernah aktif di kegiatan organisasi mahasiswa, baik di Senat Mahasiswa maupun Unit Kegiatan Mahasiswa, termasuk kelompok kajian di masjid Kampus."

"Jadi, saya klarifikasi bahwa tidak benar Dita lulusan Unair. Memang benar pernah menjadi mahasiswa tapi tidak bisa menyelesaikan studinya," kata Rektor Unair, Prof Nasih, saat dikonfirmasi VIVA pada Senin, 14 Mei 2018.

Nasih juga menekankan bahwa berdasarkan informasi yang dihimpunnya, Dita selama masih berstatus sebagai mahasiswa Unair, justru lebih banyak mengikuti kegiatan dan kajian di luar kampus. Itu artinya, kata dia, aktivitas Dita di luar kampus jelas bukan tanggung jawab lembaga pendidikan Unair.

"Dari sisi itu kita bisa mengidentifikasi bahwa sesungguhnya yang terkait dengan Unair di dalam kampus itu dalam kendali kampus, termasuk dalam kurikulum itu. Jika ada kegiatan yang dibimbing oleh orang luar kampus, kita (Unair) tidak ikut bertanggung jawab," katanya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya