Logo ABC

20 Tahun Reformasi di Mata Pelaku Sejarah 1998

Mahasiswa menduduki gedung MPR/DPR pada 21 Mei 1998. Mereka menuntut Presiden Soeharto untuk mundur dari jabatan Presiden.
Mahasiswa menduduki gedung MPR/DPR pada 21 Mei 1998. Mereka menuntut Presiden Soeharto untuk mundur dari jabatan Presiden.
Sumber :
  • abc

Tepat pada hari ini, 20 tahun yang lalu mendiang Presiden Soeharto lengser dari jabatannya sebagai Presiden RI setelah berkuasa selama 32 tahun.

Momen ini setiap tahun diperingati sebagai puncak kemenangan gerakan reformasi yang dilakukan mahasiswa dan berbagai elemen masyarakat.

Sejauh mana pencapaian Indonesia setelah 2 dasawarsa? Berikut penuturan sejumlah mahasiswa dan aktivis dari era tersebut.

Agung Wicaksono, mantan aktivis Mahasiswa ITB Agung Wicaksono Agung Wicaksono, mantan aktivis mahasiswa ITB 1998 yang kini menjabat Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta.

Supplied: FB Agung Wicaksono by Wirendra Tjakrawedaja

Apa yang anda lakukan di tahun 1998?

Tahun 1998 saya mahasiswa Teknik Industri ITB semester 5 - 6 dan kebetulan saat itu saya adalah Ketua Himpunan Keluarga Mahasiswa Teknik Industri. Saya waktu itu ditunjuk menjadi Sekjen dari Forum Ketua Himpunan Jurusan Keluarga Mahasiswa ITB atau FKHJKM ITB.

Mengapa memutuskan terlibat dalam gerakan reformasi?

Meski berasal dari kampus ITB yang tidak terlalu kuat organisasi kampus yang lekat dengan politik atau ormas seperti HMI, GMNI atau KAMMI, pada 1998 kami semua turun ke jalan.

Karena ini sudah menjadi gerakan rakyat, gerakan moral dimana tekanan yang dihadapi rakyat akibat krisis ekonomi sudah sangat besar dan ketidakpercayaan pemerintah mampu menyelesaikan masalah ini sudah sangat kuat.

Sehingga kami mahasiswa ITB, ketika itu menyuarakan sikap tidak menerima kepemimpinan Soeharto menjelang sidang umum MPR 1998.

Tapi ternyata Soeharto tidak mau mendengar dengan tetap menjadi Presiden pada Sidang Umum MPR tahun 1998  bahkan ia membentuk kabinet yang banyak kroni-kroninya.

"Dan yang menariknya meski ketika itu Menteri Pendidikan yang ditunjuk Soeharto ketika itu adalah Rektor ITB, tapi itu tidak mempengaruhi tuntutan kami.

Jadi kalau istilahnya mahasiswa sekarang memberi kartu kuning pada pemerintah, kami ketika itu tetep memberi kartu merah pada Soeharto. Kami tetap menolak Soeharto.

Bagaimana anda melihat kegiatan di tahun 1998 itu dengan apa yang terjadi di Indonesia tahun 2018?

Bagi saya pribadi kita tidak boleh puas dengan pencapaian Indonesia saat ini setelah 20 tahun reformasi, tapi kita tetap harus optimis karena Republik Indonesia itu masih tetap berdiri. Kita masih menjadi bangsa dalam satu bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Tidak ada disintegrasi dan separatisme yang membuat kita tercerai berai seperti beberapa negara yang juga mengalami krisis juga ketika itu tapi harus keluar dari krisis tersebut dengan tidak lagi menjadi negara mereka sebelumnya seperti Yugoslavia atau Uni Sovyet.

Ketika itu berkembang pesimisme kalau NKRI akan sulit dipertahankan dan Indonesia akan selesai karena pemerintahannya yang tidak bisa dipercaya dan negara kita juga diterpa krisis yang begitu kuat. Apalagi kita sangat beragam dan majemuk.

Tapi ternyata dengan reformasi kita mampu menyuarakan perbaikan diberbagai sistem mulai dari pembenahan ekonomi, menghentikan korupsi dan menjahit lagi keberagaman kita lewat desentralisasi.

Sistem otonomi daerah telah memungkinkan semua aspirasi pada 1998 disuarakan dalam bingkai NKRI.

Itulah Makna reformasi yang sesungguhnya menurut saya.

Tapi saya juga setuju kalau masih ada banyak juga agenda reformasi yang belum tercapai, oleh karena itu menurut saya slogan "Menolak Lupa" itu menjadi penting.

Apa yang anda lakukan sekarang?

Agung Wicaksono Agung Wicaksono berorasi dalam salah satu aksi mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1998.

Supplied: Instagram@agungwicak_mrtj by Wirendra

Saya sekarang diamanahkan menjadi Direktur PT MRT Jakarta. Salah satu proyek infrastruktur transportasi yang sangat kritis untuk mengatasi kemacetan di ibukota.

Sekarang kalau bicara mengenai infrastruktur, sebenarnya saat ini eranya mirip dengan era pada masa Soeharto yang dikenal sebagai Bapak Pembangunan, dimana era sekarang ini juga banyak sekali dilakukan pembangunan infrastruktur.

Bedanya, pada era Soeharto pembangunan dilakukan tanpa memperhatikan prinsip tata kelola yang baik dan proyek ini dilakukan oleh si A yang merupakan kroni Soeharto atau pembangunan ini dilakukan semata-mata untuk kepentingan si B.