Cerita Ustaz Somad Taklukkan Mahasiswi Pembuat Grogi

UAS saat menceritakan kisah hidupnya.
Sumber :
  • repro youtube

VIVA – Kisah perjalanan Ustaz Abdul Somad hingga menjadi pendakwa terpopuler di Indonesia, ternyata bukan diraih dengan cara yang mudah. Tak pernah terlintas sebelumnya oleh Ustaz Somad, bahwa semua ini bakal terjadi.

Terpopuler: Tips Padu Padan Shimmer Dress, hingga Waspadai Infeksi Saluran Kemih Mengintai Wanita

Apalagi setelah menamatkan pendidikan S2 di Mesir dan Maroko, Ustaz Somad sebelumnya sempat bercita-cita menjadi Pegawai Negeri Sipil atau PNS, dengan menjadi seorang dosen.

Dalam sebuah sesi dakwah, Ustaz Somad menceritakan perjalanan hidupnya hingga berbagai cobaan dan rintangan yang harus dihadapinya untuk mewujudkan keinginan menjadi pengajar berstatus PNS di Universitas Islam Negeri Sultan Hasyim Syarif Riau.

Kesalahan Ini Banyak Dilakukan Orang saat Lebaran, UAS: Ditusukkan Paku ke Kepala Kamu Lebih Baik

Dikutip dari rekaman video ceramahnya yang diunggah di akun Youtube Fans Ustadz Berbakat, Ustaz Somad menceritakan secara gamblang kisah hidupnya itu.

Ustaz Somad menceritakan, untuk menjadi seorang pengajar, dia harus memiliki ijazah pendidik S2. Karena itulah dengan keuangan seadanya, dia berusaha menempuh pendidikan menggapai gelar S2 di Malaysia. Tapi gagal.

Sudah Bertaubat Apakah Dosa Masa Lalu Tetap Dihisab? Ini Penjelasan UAS

"Kalau mau jadi dosen harus S2, S2 kemana? akhirnya saya pergi ke Malaysia, S2 saya di Malaysia, dua semester, enggak selesai," katanya.

Ustaz Somad tak putus asa, sejak saat itu dia berusaha mencari tempat menimba ilmu melalui jalur beasiswa. Dari situ, mulailah dia mencari informasi di internet.

"Akhirnya dapat satu berita, ada satu negara kecil nan jauh di sana, menyediakan beasiswa untuk 15 orang anak Indonesia, ini gua banget nih, akhirnya saya masukkan pas foto, foto kopi paspor, ijazah, transkrip nilai, kirim.”

UAS

Setelah menunggu selama beberapa bulan, akhirnya dia diterima di sebuah universitas di Maroko.

"Akhirnya datang email anda diterima di sebuah negara yang nama ibu kotanya Cazablanca, nama negaranya Kingdom of Maroko. Saya S2 di Maroko, makanya banyak yang tanya, ustaz S2 di mana? 'di Maroko' dekat Merauke ya?'. Ustaz ngapain kuliah jauh-jauh? karena gratis," ujarnya.

Tapi, universitas itu memberikan syarat bahwa mahasiswa S2 yang melalui jalur beasiswa, harus bisa menamatkan pendidikan selama dua tahun saja.

"Siapa yang enggak selesai dua tahun, teken kontrak 24 bulan, beasiswa putus, diusir dari asrama, out. Saya selesaikan S2 saya, satu tahun sepuluh bulan, selesai," katanya menceritakan.

Ustaz Somad lulus dengan cara yang tak mudah, dia harus menulis tesis berbahasa Arab setebal 300 halaman.

"Lalu kemudian selesai itu, saya tulis tesis saya 300 halaman berbahasa Arab, disidangkan tiga profesor, semuanya orang Arab, di meja itu cuma saya yang pesek. Yang lain mancung-mancung semua. 300 halaman masih ada di rumah, yang mau lihat. Kemudian saya pulang, itulah LC di Mesir, MA di Maroko. Pulang membawa dua ijazah, LC MA," kata Ustaz Somad.

Sekembali ke Tanah Air, Ustaz Somad mengajar di sebuah universitas swasta dengan gaji yang kecil untuk seorang lajang. Karena saat itu Ustaz Somad belum menikah. Tak lama kemudian, dia mendapatkan informasi tentang penerimaan PNS dosen.

"Lalu saya mendapat info, ada tes PNS dosen, wah, ini kesempatan. Pokoknya saya suka betul tas tes, tas tes. Tes dosen 30 orang. Saya ikutlah tes dosen sebanyak 30 orang," katanya.

Lalu Ustaz Somad berusaha mengikuti tes tersebut, mulai dari seleksi berkas, tes kesehatan, tes tertulis hingga ke tahap final.

Ustaz Abdul Somad.

Saat mengikuti tes itu hingga selesai, ada banyak pengalaman unik dan aneh yang dialaminya; mulai dari kemunculan seorang mahasiswi misterius yang berusaha menghilangkan konsentrasinya ketika menjalani tes mengajar, bertemu orang aneh yang mempertanyakan bibirnya yang hitam saat menjalani tes kesampataan fisik, hingga bertemu profesor berjuluk 'Killer' alias pembunuh.

Simak kutipan cerita Ustaz Somad berikut ini:

"Tes pertama seleksi berkas. 'Pak, saya cocok tak jadi dosen?'. 'Pak, kalau bapak ikut tes dosen, harus S2'. Dia enggak yakin saya S2. Saya buka tas saya, tunjukan ijazah saya, ini ijazah S2. Dia buka, dia lihat satu-satu. 'Apa ini?'. Karena isinya tulisan Arab semua. Akhirnya setelah dia baca, dia lihatkan ke atasannya, dia terima.

Ada satu lagi pak yang kurang'. 'Apa?'. 'Surat keterangan sehat' saya pergi ke puskesmas. 'Om saya mau urus surat keterangan sehat'. 'Untuk apa?'. 'Untuk tes dosen'.

Keluar lah perawat dari dalam, dia bawa alat kecil warna hitam, diperiksa jantung, jantung saya berdebar terus. Akhirnya diperiksa, sehat. Saya mau pulang ke kampus, saya tarik itu surat keterangan sehat, dia tarik juga. Ternyata bayar dulu. Akhirnya saya ambil duit Rp25 ribu.

Lalu saya kembali ke kampus. 'Bapak memang sehat, tapi masih ada yang kurang, surat keterangan baik'. Masa orang seperti saya ini teroris, dia bilang saya ekstrem, siapa bilang saya ekstrem, saya es krim.

Akhirnya keluar surat keterangan baik dan kembali ke kampus. Saya sudah lulus, tapi jangan senang dulu, ternyata baru seleksi berkas. Masih ada tes selanjutnya, tes 200 soal.

Ustaz Abdul Somad.

Banyak betul, 200 soal dengan waktu hanya 2 jam. Saya pun masuk ke ruangan, 50 soal bahasa Arab, 50 soal bahasa Inggris, selesai. 100 soal tes potensi akademik.

Walaupun sulit, akhirnya selesai, saya keluar ruangan. Teman-teman saya pada pegang kepala. Saya tanya 'ente kenapa?'. 'Saya enggak bisa jawab semuanya, waktunya habis'.

Akhirnya keluar pengumuman 'yang lolos tes seleksi tes 200 soal, Abdul Somad'. Lulus, lalu saya tanya, 'bagaimana, saya sudah bisa jadi dosen?'. 'Belum Abdul Somad, masih ada tes mengajar'.

Karena banyak orang berilmu, nulis hebat, nyampaikan di depan orang banyak enggak bisa. Ketika ngomong di depan orang banyak gemetar. Maka dibuatlah lokal jebakan, di dalam ada 20 orang, ada tim pengawas, ada tim penilai, ada tim pemantau.

Saya pun masuk ke dalam, dia kira saya takut dengan 20 orang, saya kan biasa kutbah Jumat. Saya masuk ke dalam 'Assalamualaikum, gimana kabarnya mahasiswa mahasiswi sekalian? sehat semuanya? pagi ini saya akan menjelaskan hadis, karena kebetulan saya dosen hadis. Gimana kira-kira paham semua?'.

Ada satu mahasiswi, saya yakin ini sudah diseting. Ada satu mahasiswi kayaknya mau buat saya grogi, dia melihat saya terus, saya pura-pura enggak lihat saja, tiba-tiba saya lihat lagi, dia melihat terus, akhirnya saya ginikan (sambil mengedipkan sebelah mata). Teet, waktu habis, saya keluar. Pengumuman, yang lulus tes mengajar Abdul Somad.

Ustaz Abdul Somad.

Ternyata ada tes lagi, dan ini tes yang terberat. Yaitu berjumpa dengan guru besar, profesor. Gimana bentuk guru besar itu, ternyata guru besar itu sama dengan guru, cuma besar memang, besok datang jam tujuh tiga puluh.

Akhirnya saya masuk dan bertemu lalu saya diminta untuk memaparkan visi misi saya menjadi dosen. Universitas Islam Negeri Sultan Hasyim Syarif Riau. Saya berjanji setelah lulus saya akan menulis buku, dan itu saya buktikan.

Ternyata belum selesai, setelah itu saya masuk ke sebuah ruang satu lagi. Saya masuk, ini orangnya aneh, saya masuk, dia diam saja. pakai kacamata, kacamatanya turun ke bawah, dia melihat dari balik kacamatanya. Dalam hati saya 'kacamata ada kok enggak dipakai ya'. Cuma saya takut ngomong, nanti gara-gara itu enggak lulus.

'Coba anda putar ke kanan, putar ke kiri. Ternyata anda tidak cacat'. Ternyata dia sedang tes kesehatan fisik. Lalu dia bertanya lagi, 'Anda merokok?'. 'Tidak pak'. 'Serius tidak merokok?'. 'Tidak'. 'Kenapa bibir anda hitam?'. 'Saya hitam, ya bibirnya hitam. Masa orang hitam bibirnya putih. Ah bapak ada-ada aja'.

Ini yang terakhir, Killer. Kill bunuh, killer pembunuh. Wow. Gimana kalau saya ditembaknya di dalam. Akhirnya saya masuk ke dalam. Akhirnya dia tanya, dan jatuhkan mental. Tapi saya tak jatuh. Setelah semua tes selesai, tunggu pengumuman final satu bulan.

Di sinilah kecerdasan tumpul, bukan urusan kita, tapi urusan Allah, datanglah doa seorang yang doanya tak pernah ditolak Allah, siapa dia? perutnya pernah kita tumpang sembilan bulan sepuluh hari, meregang nyawa di melahirkan kita, ibu. Akhirnya saya minta doa ke ibu saya. Alhamdulillah, 2008 saya mulai mengajar. (ase)

Baca: Kisah Ustaz Somad Diusir Orang Kaya di Rumah Makan

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya