Jawaban Dukcapil soal E-KTP yang Tercecer di Jalanan

Tumpukan e-KTP lama tercecer di jalanan Kota Bogor.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhammad A.R

VIVA – Dalam progam ILC tvOne, Dirjen Dukcapil Kemendagri, Zudan Arif Fakrulloh, menjelaskan peristiwa tercecernya KTP elektronik milik warga Sumatra Selatan saat akan dibawa ke gudang di kawasan Semplak, Bogor, Jawa Barat.

Bambang Pacul Sebut Pernyataan Agus Rahardjo soal Intervensi Jokowi Kedaluarsa: Motifnya Apa Coba?

Dalam kesempatan itu, dia mencermati yang disampaikan para saksi yang telah diperiksa polisi terkait kejadian ini. Dia menyampaikan bahwa yang paling utama dalam permasalahan ini sudah selesai. E-KTP yang rusak sudah dibawa ke gudang semua dan aman.

"Ini hanya kelalaian, dan tidak ada kesengajaan. Sekarang tinggal efek medianya saja," kata Zudan, Selasa malam, 29 Mei 2018.

Yasonna Dorong Forum Pengembalian Aset Korupsi Century dan e-KTP di Forum AALCO

Zudan menjelaskan, mengapa ada isu besar kenapa banyak e-KTP yang tercecer itu dari Sumatra Selatan. Kemudian timbul isu ini adalah untuk pemenangan Pilkada Sumatra Selatan.

"Timbul pertanyaan, kalau rusak, yang rusak yang mana. Wong e-KTPnya bagus. Perlu saya jelaskan, yang namanya KTP elektronik yang pertama rusak fisik, mengelupas, atau melengkung atau foto tidak tercetak tidak baik, ini rusak secara fisik," katanya.

Setya Novanto Dapat Remisi Idul Fitri, Masa Tahanan Dipotong Sebulan

Kemudian, lanjut Zudan, ada yang terkesan bagus dan tidak rusak sama sekali. Itu rusak di dalam elemen data atau chip tidak terbaca.

"Tadi ada pertanyaan, KTP saya masih bagus, kok ada lagi KTP yang dicetak ganda. Jadi kalau waktu diuji itu chip tidak terbaca, maka KTP itu dikategorikan KTP rusak. Seperti yang warga yang diwawancara tadi (Mustika Jelita)," katanya.

Dia kemudian menjelaskan secara detail, bahwa ada e-KTP atas nama Retno, yang sempat viral di media bernama Retno Herianto, dari Muara Enim, apa yang rusak ini dibantah di media sosial, dikatakan bohong, KTP bagus.

“Tapi yang tahu rusak adalah pertama pemiliknya dan kedua database di dalam data center. Saya cek apa masalahnya, kita buka apa yang jadi persoalan. Bahwa tanggal lahirnya salah, dari kami tahu salah, kami buka dalam data center. KTP kemudian dikembalikan," katanya.

Menurutnya, bangsa kita saat ini penuh curiga. Meskinya bertanya dulu. "Saya cek, KTP-nya tidak rusak, tapi namanya salah, yang seperti ini banyak sekali," katanya.

Kemudian dia menjelasan kenapa banyak kerusakan dalam pencetakan e-KTP. Terutama tentang makna tanda tangan dalam e-KTP. Karena bila sudah ditandatangani, menyatakan kalau datanya benar. Atau menyetujui datanya.

"Warga banyak yang tanda tangan saja, enggak tahu maksudnya. Petugas juga sudah kami minta mensosialisasi, tolong penduduk saat membuat KTP elektronik diminta membaca dengan baik, datanya sudah betul atau belum. Kalau sudah betul, bubuhkan tanda tangan," katanya.

Dia kemudian menjelaskan bahwa KTP elektronik ada dua tahapan. Pada tahun 2010 sampai 2014 semua KTP elektronik dicetak di pusat.

"Semuanya, pencetakan massal. Sehingga kalau rusak tidak perlu dikirim ke daerah, jadi yang sudah benar yang dikirim ke daerah. Tapi sering kali yang salah nama tetap terkirim ke daerah, diterima masyarakat kemudian dikembalikan. Kemudian pembetulannya kami kirimkan kembali," kata Zudan.

Sementara untuk tahun 2014 sampai sekarang, pencetakannya sudah dikirim ke daerah. Bila ada kerusakan langsung diperbaiki di daerah tersebut. Baru kemudian secara bertahap oleh daerah dikirim ke pusat untuk diganti blanko.

"Jadi di pusat itu sekarang berkumpul KTP elekronik rusak dari seluruh Indonesia. Dari Papua, Natuna, Banyuwangi, dari Sleman itu ada semua," katanya.

Saat ini, kata Zudan, sesuai dengan data yang ada dalam rekap terkumpul 805.311 KTP rusak. Kemudian muncul isu bahwa ada berkardus-kardus e-KTP aspal disembunyikan di gudang di Bogor.

"Saya ingin menyampaikan, KTP rusak itu tidak disembunyikan, memang disimpan di gudang resmi Kementerian Dalam Negeri. Padahal kardus-kardus yang diperiksa polisi itu isinya adalah buku, kertas, dokumen, arsip. Jadi bukan semua KTP elektronik," katanya. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya