Logo BBC

Saat Korban Perkosaan Aborsi: Mengapa Dipenjara dan Bukan Dikuatkan?

 - Davies Surya/BBC
- Davies Surya/BBC
Sumber :
  • bbc

"Saya mau segera pulang, saya ingin melanjutkan sekolah agar nanti bisa kuliah."

Mata gadis remaja, yang kita sebut saja Bintang, berbinar saat mengucapkan kalimat itu kepada saya dan dua orang teman dari LBH APIK (Asosiasi Perempuan untuk Keadilan) mengunjunginya di sebuah Panti Sosial Bina Remaja beberapa hari lalu.

Hari itu Bintang berulang tahun ke-17. Sesekali ia tersenyum kecil, manis sekali. Kami merayakan ulang tahunnya dengan makan bakso dan donat.

Saat sedang tertawa dan bergurau dengan teman-teman sebayanya, tidak akan ada yang menyangka bahwa satu tahun lalu Bintang harus melalui serangkaian peristiwa berat yang mengubah dan menjungkir-balikkan hidupnya.

Baru saja putus sekolah karena ketiadaan biaya, ia diperkosa oleh tetangga kampungnya. Bintang tiada pernah menceritakan kejadian yang menimpanya kepada siapapun.

"Saya takut," katanya saat ditanya mengapa ia tidak segera melaporkan kejadian itu.

Tak lama, ia memutuskan pindah ke Jakarta, bekerja sebagai pekerja rumah tangga.

"Satu bulan bekerja sebenarnya sudah tidak betah, saya kangen pelukan ibu," katanya.

Tetapi demi membantu perekonomian keluarga, ia bertahan, begitu ceritanya kepada saya.

Saya tak berani mengorek lagi apa yang sesungguhnya terjadi pada saat ia menggugurkan kandungannya.

Namun menurut Siti Mazuma, pengacaranya dari LBH APIK, pada satu hari Bintang sakit perut begitu hebat dan sebuah gumpalan keluar dari rahimnya. Lalu Bintang membuangnya ke tempat sampah.

Seterusnya ia bekerja seperti biasa sampai dua hari kemudian petugas kebersihan menemukan bungkusan yang ternyata berisi janin.

Beberapa hari kemudian Bintang ditangkap oleh polisi, saat usianya masih 15 tahun. Ia ditetapkan sebagai tersangka pelaku aborsi dan masuk tahanan dewasa.

Satu tahun lalu, Bintang dinyatakan bersalah di pengadilan. Berkat kegigihan tim pengacara LBH APIK, Bintang tidak dihukum penjara.