UI Kirim Solusi Listrik Padam di Lombok

Bangunan luluh lantak akibat gempa bumi di Lombok
Sumber :
  • REUTERS/Beawiharta

VIVA – Universitas Indonesia (UI) mengerahkan tim bantuan untuk para korban bencana gempabumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tim itu terdiri dari beberapa tenaga medis dan ahli kelistrikan. 

Jokowi Resmikan 147 Bangunan yang Direhabilitasi Pasca Gempa di Sulawesi Barat

Tim pertama dikirim lebih dahulu ke Lombok pada Selasa, 7 Agustus 2018. Mereka ditugaskan untuk memetakan lokasi bencana dan membantu pelayanan medis bersama Tim Papdi (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia) Cabang Lombok.

Hasil pemetaan yang meliputi hal-hal apa saja yang dibutuhkan mendesak akan dijadikan bekal bagi sebuah tim besar yang menyusul diberangkatkan ke Lombok. Tim besar itulah yang akan lebih diutamakan karena sudah menyangkut urusan spesifik yang dihadapi masyarakat korban gempa.

Gempa di Taiwan, 18 Orang Masih Hilang

Menurut Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat UI, Heri Hermansyah, timnya akan berkonsentrasi di dua cluster, yaitu cluster kesehatan yang menyangkut pelayanan medis dan cluster pengungsian perlindungan yang meliputi sanitasi dan air bersih, layanan psikososial dan identifikasi bangunan yang masih berdiri.

“UI Peduli mengirimkan dokter umum dan dokter spesialis penyakit dalam serta tim Resimen Mahasiswa UI dengan kualifikasi siap untuk fase tanggap darurat,” kata Heri.

Gempa Magnitudo 6 Guncang Jepang, Tak Ada Peringatan Tsunami

Solusi Listrik Padam

Tim UI juga mencoba menghadirkan solusi bagi masalah krisis listrik akibat sebagian jaringan listrik di Lombok rusak setelah gempabumi pada Minggu malam, 5 Agustus. Mereka membawa sebuah alat hasil inovasi kampus itu yang disebut Tabung Listrik (Talis).

Alat itu diklaim dapat membantu mengatasi ketiadaan pasokan listrik di sana, sekurang-kurangnya untuk penerangan saat malam, selama jaringan listrik yang rusak belum pulih.

“Dengan alat ini, distribusi listrik dapat dilakukan dengan mudah tanpa bergantung dari kabel dan transmisi pembangkit tenaga listrik,” kata Dr Chairul Hudaya, dosen Fakultas Teknik UI anggota tim kemanusiaan kampus itu untuk Lombok.

Tim UI Peduli yang berangkat akan melaksanakan rapid assestment, pemetaan permasalahan di suatu daerah melalui proses survei lapangan, wawancara, dan angket. Hasilnya menjadi dasar perencanaan jangka menengah dan panjang serta menjadi landasan untuk tim berikutnya dalam menyiapkan kebutuhan masyarakat di lokasi bencana.

Pulihkan Trauma Anak

UI juga telah mengerahkan tim pengabdian masyarakat DRPM dan penelitian Vokasi Komunikasi (Vokom) untuk menanggulangi dampak bencana (trauma healing) terhadap 246 anak di salah satu taman kanak-kanak (TK) di Bali.

Kegiatan yang bertajuk Meminimalisir Efek Negatif Bencana Alam dengan Integrasi Mitigasi Bencana itu dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat setelah bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, kesiapsiagaan, pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi.

“Masyarakat sekitar Gunung Agung menjadi sasaran kami, mengingat peristiwa letusan Gunung Agung yang terjadi semenjak tahun 2017, telah menjadi perhatian global, karena bencana letusan di pulau nomor satu favorit masyarakat dunia ini tidak memakan korban jiwa. Ditambah baru saja Bali terdampak gempa,” ujar Devie, peneliti Vokom, kemarin.

Salah satu lokasi yang didatangi tim UI adalah TK Negeri Pembina Karangasem Amlapura, Bali. Kesiapan secara dini dibutuhkan melalui edukasi yang intensif. Pengabdi DRPM, kata Devie, memilih TK Negeri Pembina untuk menjadi lokasi pertama dari program pengabdian masyarakat.

Amelita Lusia, Ketua Program Pengabdian Masyarakat, mengatakan bahwa kegiatan itu untuk membantu masyarakat yang telah merasakan gempa dan letusan gunung, khususnya anak-anak, agar mampu melewati peristiwa yang memberikan pengalaman baru bagi mereka.

“Kami memilih metode bercerita dan bermain untuk mentransfer pengetahuan upaya pengurangan resiko bencana dengan suka cita dan mendorong kesukarelaan anak-anak yang berusia empat-lima tahun ini untuk menyerap pengetahuan dan keterampilan bertindak dalam situasi yang berbahaya,” kata Amelita, yang juga menjabat Kepala Laboratorium Penyiaran Vokom UI. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya