- ANTARA FOTO/Zabur Karuru
VIVA - Jumlah korban akibat gempa 7 skala richter yang mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada Minggu, 5 Agustus 2018, terus bertambah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat, korban meninggal dunia kini sudah mencapai 105 orang.
"Ulama dan tokoh masyarakat harus bersatu menghadapi musibah ini dan harus dijadikan momen untuk masyarakat membangun persaudaraan," kata Sekretaris Jenderal Syarikat Kebangkitan Pemuda Islam (SKPI), Fauzan Rachmansyah, dalam keterangannya, Selasa, 23 Agustus 2018.
Fauzan mengatakan doa dan dukungan dari ulama ini menjadi pelecut semangat bagi
warga untuk bangkit menghadapi musibah. Oleh karena itu, dia meminta dukungan kepada semua instansi baik pemerintah maupun swasta untuk ikut membantu para korban gempa yang masih diselimuti rasa ketakutan.
"Dukungan dan bantuan dari semua instansi, semua lembaga swadaya masyarakat, semua perusahaan swasta dan individu-individu, sangat diperlukan sebagai energi untuk menghadapi musibah ini. Kami berharap semuanya ikut menyalurkan bantuan dalam bentuk apapun untuk korban di Lombok," katanya.
Sementara itu, Ketua Forum Kepala Desa Kabupaten Lombok Timur, Mawarlan, mengatakan banyak warganya yang mengalami trauma berat dalam menghadapi gempa bumi yang kedua kalinya ini. Menurutnya, gempa ini sangat besar ketimbang gempa pertama yang terjadi beberapa hari sebelumnya.
"Ada desa yang semua rumahnya hancur, warga berharap ada bantuan untuk merehabilitasi semua rumah mereka yang rata dengan tanah," katanya.
Senada, Pimpinan Pondok Pesantren As-Sunnah Lombok Ustaz Yusuf juga mengakui bantuan dari berbagai pihak sangat diperlukan sebagai alat pemersatu warga lombok untuk bersama menghadapi musibah. Sedangkan menurut tokoh masyarakat Lombok Khaeruddin, para korban gempa masih sangat memmbutuhkan bantuan logistik berupa sembako, pelayanan kesehatan, air bersih, selimut, pakaian, seragam sekolah, alat tulis dan lain sebagainya.