Gerakan #2019GantiPresiden Disebut Berhubungan dengan Khilafah

#2019GantiPresiden/ilustrasi.
Sumber :
  • Facebook

VIVA - Gerakan #2019GantiPresiden disebut sebagai konvergensi (pertemuan) kepentingan pihak-pihak yang ingin mendirikan kekhilafahan di Indonesia. Apapun topeng yang dipakai, tidak mampu menutup DNA dan tujuan akhir dari gerakan tersebut.

Anies soal Pilpres 2024: Ini Bukan soal Ganti Presiden tapi Ganti Kebijakannya

"Yaitu mengganti sistem pemerintahan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dengan sistem kekhilafahan," kata Pengamat Keamanan Timur Tengah yang tinggal di Irak, Alto Luger, dalam keterangannya, Sabtu, 8 September 2018.

Dia menuturkan ada beberapa elemen yang memiliki kepentingan bersama di dalam gerakan ini, walaupun mereka sendiri belum tentu saling mendukung. Kelompok pertama adalah elemen terorisme, yang memberikan angin kepada sel-sel teroris aktif yang ada di Indonesia. Mereka mungkin saja tidak ikut berdemonstrasi bersama secara publik.

6 Ramalan Mbak You Bikin Geger, Ganti Presiden 2021- Video Syur Gisel

"Tapi mereka memanfaatkan situasi anarki yang terjadi ini untuk rekrutmen sekaligus pembenaran keberadaan gerakan mereka," kata Alto.

Kelompok kedua, elemen Daulah Islamiyah, seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). HTI punya tiga tahapan dalam mendirikan khilafah, yang mereka bungkus dalam istilah "Revolusi Damai Islam" yakni penguatan kader (marhalah al-tathqif).

Tren Baru, Influencer Dipekerjakan Bikin Meme Kampanye Ganti Presiden

Kedua, tahapan interaksi (marhalah tafa'ul ma'a al-naas) dengan infiltrasi ke militer, polisi, institusi politik tertinggi dan lembaga-lembaga pemerintahan lainnya.

"Di tahap ini, melakukan agitasi antara mereka untuk melakukan revolusi dengan menciptakan konflik antara pendukung dan penolak ide khilafah," katanya.

Tahap ketiga, ketika momentum sudah tercapai, maka revolusi atau istislam al-hukmi dilakukan, di mana pemerintahan yang sah dijatuhkan. Kelompok ketiga yang terlibat Gerakan 2019GantiPresiden adalah elemen politikus oportunis, yang ingin berkuasa akan tetapi tidak mendapat tempat dalam pemerintahan yang sedang berjalan.

"Mereka bukan oposisi, akan tetapi mereka hanya ingin berkuasa dengan cara apapun," ujarnya.

Kelompok keempat adalah elemen kapitalis, yang hanya ingin mendapatkan keuntungan finansial dari kekacauan yang terjadi. Bagi mereka, kata Alto, apapun sistem pemerintahan yang dipakai, yang penting adalah mereka mengumpulkan kekayaan yang sebanyak-banyaknya.

Bersatunya keempat kepentingan itu dalam gerakan #2019GantiPresiden menjadi berbahaya karena tujuannya yang jelas dan sama. Karena konvergensi kepentingan ini, maka mereka akan berusaha mati-matian untuk menciptakan instabilitas di negara ini.

"Bagi kelompok di atas, semakin susah rakyat, semakin takut rakyat, semakin tidak stabil situasi politik dan keamanan di negara maka semakin dekat mereka dengan tujuan mereka untuk mengganti sistem," tutur Alto Luger.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya