- VIVA.co.id/ Ridho Permana
VIVA – Sudah empat bulan terhitung sejak Mei 2018, sebanyak 16 perempuan Indonesia diduga menjadi korban perdagangan orang di China. Keluarga korban khawatir dengan kondisi mereka di sana.
Yuni, tante seorang korban berinisial CEP (23 tahun) asal Purwakarta, misalnya. Menurut dia, korban kerap bercerita sudah tak kuat diperlakukan di sana. Dia berharap, keponakannya itu bisa segera pulang. Dia takut korban kian depresi hingga akhirnya bunuh diri.
“Bukan hanya disiksa, tetapi terus dicekokin obat dan dipaksa berhubungan badan. 'Jangan sampai nanti aku bunuh diri di sini',” kata Yuni, menirukan ucapan keponakannya, di Jakarta Pusat, Rabu 19 September 2018.
Yuni sudah menganggap CEP sebagai anaknya. Saat terakhir berkomunikasi dengan CEP, keponakannya itu terus menangis minta segera dipulangkan.
Menurut Yuni, CEP beberapa bulan yang lalu baru melakukan operasi cesar. Karena itu, ia tak ingin lukanya parah dengan penyiksaan yang diduga terjadi di sana.
"CEP selalu ingin pulang, karena terus disiksa. Jangan sampai anak saya bunuh diri. Itu aja, dia butuh pertolongan,” ujarnya.
Seperti diketahui, 16 perempuan Indonesia yang berasal dari Purwakarta, Subang, Tegal, Bandung, dan Tangerang diduga diperdagangkan ke China. Mereka diiming-imingi pekerjaan sebagai tenaga penjual kosmetik.
Bukan pekerjaan yang mereka terima, justru diduga dijual oleh calo atau agen perusahaan senilai Rp400 juta.