Cerita Eks Marinir Pengangkat Jenazah dari Sumur Maut Lubang Buaya

Diorama penyiksaan Mayjen S Parman di Lubang Buaya dibersihkan
Sumber :
  • Antara/ Saptono

VIVA – Peristiwa pengangkatan tujuh jenazah dari sumur Lubang Buaya, Jakarta Timur, 4 Oktober 1965 menjadi sejarah tersendiri. 12 prajurit marinir dari Korps Komando (KKO) Angkatan Laut saat itu berhasil mengangkat enam jenazah jenderal TNI AD serta satu perwira.

Hari Kesaktian Pancasila, Jokowi-Ma'ruf Amin Panjatkan Doa di Lubang Buaya

Salah seorang saksi sekaligus prajurit pengangkat jenazah, Ven Kandou menceritakan ada perintah langsung kepada dirinya beserta 11 prajurit lainnya.

"Jadi, tanggal 3 Oktober ada perintah yang datang ke markas di Kwitang untuk mencari kita. Jadi saat itu, minta tolong. Jenazah di lubang itu sulit diangkat karena baunya luar biasa. Mereka ada yang sampai pakai masker huru-hara," kata Ven dalam acara Apa Kabar Indonesia Pagi tvOne, Minggu, 30 September 2018.

Cek Fakta: Video PKI Dukung Anies

Ven mengatakan, cukup sulit dalam proses pengangkatan karena diameter lubang hanya sekitar 75 cm. Sementara, kedalaman lubang sekitar 12 meter. Ketika itu, saran dari dokter RSPAD agar tujuh jenazah jangan sampai diangkat dengan posisi kepala yang ditarik ke atas.

"Apa yang bisa diraih waktu itu pesan dokter dari AD, kalau bisa jangan kepala. Bagian tubuh yang lain. Waktu itu, kepala semua kebetulan ada di bawah," jelas Ven.

Keturunan PKI Boleh Masuk TNI, Begini Penjelasan Jenderal Andika Perkasa

Hal senada disampaikan saksi sekaligus prajurit marinir lain, Soegiman. Ia menceritakan proses pengangkatan membutuhkan waktu sekitar 2,5 sampai 3 jam. Saat itu, dari kondisi tujuh jenazah semuanya kepala ada di bagian bawah.

"Dokter bilang agar diangkat dengan diikat tapi jangan kena leher dan kepala. Pas itu jenazah sudah tidak kelihatan, karena kita duduk atau lihat ke bawah enggak bisa," ujar Soegiman.

Dia mengatakan kondisi lubang saat itu sudah bau sangat menyengat. Jenazah yang pertama diangkat adalah Kapten Czi Pierre Tendean. Lalu, yang terakhir adalah Mayjen DI Panjaitan. Usai pengangkatan, tujuh jenazah ada yang masih memakai seragam TNI beserta pangkat dan ada yang pakaian bebas.   

"Memang kita rasakan sangat bau. Tapi, bagaimana itu memang tugas, dan harus dilaksanakan. Di bawah lubang itu sudah keluar air dari cairan tujuh jenazah," sebut Soegiman.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya