Korban Bencana Sulteng Terkena Penyakit Ispa dan Diare

Kedatangan Pengungsi Korban Gempa Palu di Sidoarjo
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Umarul Faruq

VIVA - Kepala Pusat data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan para korban bencana Palu, Sulawesi Tengah, terpaksa dievakuasi ke beberapa tenda pengsungsian dan luar kota. Para korban tersebut membuat pengungsian di lapangan terbuka, pinggir jalan, memakai gelanggang olahraga, bahkan mendirikan tenda di halaman rumah masing-masing.

Kebut Pembangunan Pasca Gempa-Tsunami di Sulteng, Lebih 5 Ribu Huntap Disiapkan

"Jadi para pengungsi itu pada bikin tenda mandiri, ada yang bareng-bareng di pengungsian, di lapangan, di gor, ada yang di halaman rumah masing-masing karena mereka lebih merasa nyaman. Rasa home sweet home itu masih ada di benak mereka sambil menjaga harta benda mereka yang masih tersisa," kata Sutopo Purwo Nugroho di Kantor BNPB Jakarta Timur, Kamis, 11 Oktober 2018.

Namun, Sutopo mengimbau kepada korban agar tidak memaksakan untuk menghadapi kondisi seperti tersebut. Sesuai laporan yang sudah ia terima, para pengungsi sudah terkena penyakit ISPA dan diare.

Tolong! Masih Banyak Korban Gempa Palu di Penampungan Dihantui Corona

"Ya kepada pengungsi jangan memaksakan lah. Karena saya sudah mendapat laporan jika para pengungsi terkena ISPA dan diare," katanya.

Hunian Sementara

Melalui MUI, Taiwan Beri Bantuan Rp5 Miliar untuk Korban Gempa Palu

Terkait dengan hunian sementara atau huntara, Sutopo menyampaikan institusinya sudah bekerja sama dengan Kementerian PUPR untuk membangun. Target pembangunan huntara akan selesai pada dua bulan mendatang.

Huntara ini akan menjadi solusi pemerintah bagi para pengungsi dan dapat ditempati selama dua tahun sampai hunian tetap selesai.

"Huntara akan selesai targetnya dalam waktu dua bulan. Huntara menjadi solusi dari pemerintah sampai korban dapat direlokasi selama satu hingga dua tahun. Ada dua jenis, tidak direlokasi tapi rumah mereka hancur, akan dibangun huntap di tapak mereka semula," kata Sutopo.

Sutopo melanjutkan untuk membuat huntara dan pemulihan infrastruktur di Palu, Sulawesi Tengah, pemerintah sudah menyediakan dana sebesar Rp245,6 miliar.

Untuk dana pembuatan huntara akan memakan biaya sekitar Rp8 juta hingga Rp15 juta dengan penyediaan dana yang dapat datang dari pemerintah, pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, dan dunia usaha.

"Untuk huntara belum ada angka tetap dan nantinya disediakan untuk warga relokasi serta warga dengan rumah rusak berat tapi tidak relokasi. Biaya pembangunan Rp8 juta hingga Rp15 juta, satu unit bisa untuk 1-2 KK. Jadi tempat tinggal sementara sambil menunggu rumah mereka jadi. Dana penyajian huntara dari pemerintah daerah, BUMN, dunia usaha dan NGO," tutur Sutopo.

Sebelumnya, evakuasi pencarian korban yang meninggal dan hilang akibat bencana gempa dan tsunami di Palu diperpanjang satu hari. Keputusan itu sesuai hasil rapat bersama Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola.

Sejauh ini, jumlah korban meninggal akibat bencana itu sudah menembus angka dua ribu lebih. Sementara yang lain menderita luka-luka dan sebagian lainnya lagi mengungsi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya