Sebagian Pengungsi Gempa Palu Titipkan Anak Mereka di Sekolah

Seorang anak berada di tenda pengungsian di Lapangan Vatulemo, Palu, Sulawesi Tengah
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

VIVA - Korban yang selamat dari bencana gempa bumi dan tsunami di wilayah Palu, Sigi, serta Donggala, Sulawesi Tengah, mengungsi di sejumlah daerah. Di Kabupaten Poso, pengungsi yang melapor dan terdata sebanyak 3.605 jiwa.

Kebut Pembangunan Pasca Gempa-Tsunami di Sulteng, Lebih 5 Ribu Huntap Disiapkan

Sementara itu, tercatat 72 pengungsi dititipkan di sejumlah sekolah di Poso. Alasan para orangtua menitipkan anaknya di sejumalah sekolah di Poso, Sulawesi Tengah, karena anak-anak mereka masih mengalami tarauma yang mendalam.

Selain itu, sekolah mereka terkena dampak gempa dan tsunami yang mengalami kerusakan berat, sehingga belum bisa digunakan.

Tolong! Masih Banyak Korban Gempa Palu di Penampungan Dihantui Corona

72 anak pengungsi di Poso, sejak pekan kemarin, masuk sekolah dan sebagian para orangtua baru mendaftarkan anaknya untuk sementara, agar tidak tertinggal mata pelajaran mereka.

Selain karena sekolah mereka mengalami rusak berat hingga roboh dan hancur akibat bencana, orangtua murid juga masih menunggu suasana Palu benar-benar kondusif. Alasannya, hingga kini, gempa susulan terus terjadi dan anak-anak mereka takut terserang penyakit.

Melalui MUI, Taiwan Beri Bantuan Rp5 Miliar untuk Korban Gempa Palu

Sementara, 3.605 jiwa pengunsi tersebut tersebar di sejumlah kecamatan di Poso, di antaranya kecamatan Poso Kota, Poso Pesisir serta Lore. Para pengungsi sendiri tinggal di rumah warga dan telah didistribusikan sembako atau kebutuhan mereka lainya seperti sabun mandi dan cuci. Hingga kini terus bertambah dan bertahan karena sebagian pengungsi tidak memiliki tempat tinggal lagi di Palu, Sigi serta Donggala.

Sementara itu, Bupati Poso, Darmin Agustinus Sigilipu, selaku kepala daerah Kabupaten Poso telah menginstruksikan dinas pendidikan dan kebudayaan agar mengkordinir dan memfasilitasi anak pengunsi, baik universitas, SMA hingga Paud serta SD.

Sementara itu, Rifki dan sejumlah anak sekolah pengungsi telah merasa nyaman sekolah di Poso, karena di Palu mereka trauma dan takut terserang penyakit, karena banyak orang yang meninggal dunia dan belum ditemukan.

Laporan: Firman Poso

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya