Enam Hari Usai Banjir Pasaman Barat, Ribuan Warga Masih Terisolasi

Sebagian korban banjir Pasaman yang dievakuasi di tempat penampungan sementara
Sumber :
  • VIVA/Andri Mardiansyah

VIVA – Memasuki hari ke-6 pascabanjir, kondisi Kabupaten Pasaman Barat hingga masih belum pulih. Bahkan ribuan warga yang tersebar di beberapa daerah antara lain di Sikilang, Sikabau, Koto Sawah, Maligi dan Tombang sampai saat ini masih terisolir lantaran akses seperti jalan dan jembatan menuju ke tempat mereka putus total.

Sindir Heru Budi, Ketua DPRD: Siapapun Pj Gubernurnya Kalau Gak Radikal Ya Jakarta Tetap Banjir

“Sampai sekarang masih ada sekitar seribuan warga yang masih telisolir. Itu karena akses menuju ke sana putus,” kata Wakil Bupati Pasaman Barat Yulianto di Sumbar, Selasa 16 Oktober 2018.

Yulianto menjelaskan, putusnya akses menuju ke beberapa lokasi yang terdampak itu membuat penanganan tanggap darurat terhambat. Tim relawan hanya mampu mendistribusikan bantuan menggunakan perahu karet atau sampan milik warga.

China Dilanda Banjir Bandang, 4 Orang Tewas dan 10 Hilang

“Bantuan berupa makanan da kebutuhan lain sudah didistribusikan tapi belum tersalurkan seluruhnya. Ini dikarenakan susahnya menembus akses menuju ke sana. Ditambah lagi cuaca sampai kini masih hujan,” ujar Yulianto.

Walau demikian, Yulianto menegaskan, pihaknya akan semaksimal mungkin membantu warga yang terdampak. Baik logistik berupa makanan dan minuman maupun logistik untuk memenuhi kebutuhan lainnya akan segera didistribusikan.

Setelah Dubai, Hujan Ekstrem Diprakirakan Akan Landa Arab Saudi

Banjir kali ini merendam 11 kecamatan yang ada di Pasaman. Empat kecamatan di antaranya yakni Kecamatan Sasak, Ranah Pasisie, Sungai Aur, Lembah Melintang dan Ranah Batahan merupakan kecamatan terparah diterjang banjir dengan jumlah 1500 jiwa yang terdampak.

“Kalau jumlah seluruh masyarakat kita sebanyak  420 ribu jiwa. Semuanya terdampak. Tapi yang terparah terdampak banjir ini sebanyak 1.500 jiwa,” ujar Yulianto.

Sebelumnya akibat curah hujan tinggi, Kabupaten Pasaman Barat diterjang banjir. Selain merendam pemukiman warga, sejumlah akses transportasi dilaporkan putus. Tak hanya itu, banjir kali ini juga menimbulkan korban jiwa yang mana satu korban sudah ditemukan dan dua orang lagi sampai kini masih dalam proses pencarian.

Waspada Curah Hujan Tinggi

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Minangkabau menyebutkan jika potensi hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi akan diperkirakan terus terjadi hingga pertengahan November 2018.

Kondisi ini diakibatkan lantaran adanya kecenderungan peningkatan curah hujan yang diakibatkan adanya pola sirkulasi tekanan rendah di wilayah Kepulauan Mentawai. Sirkulasi tekanan rendah ini yang memicu hujan di wilayah pesisir Sumatera Barat.

"Secara klimatologi saat ini terjadi kecenderungan peningkatan curah hujan akibat pola sirkulasi tekanan rendah di wilayah Kepulauan Mentawai Oktober hingga Desember juga merupakan musim hujan. Wilayah yang berpotensi yakni di Pesisir Selatan, Padang, Padang Pariaman, Agam, Pasaman Barat, Bukittinggi, Limapuluh Kota hingga Solok dan Solok Selatan. Hujan diperkirakan terjadi dalam durasi panjang sekitar tiga hingga empat jam," kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Minangkabau, Yudha Nugraha.

Yudha menegaskan, mengingat potensi hujan masih tinggi yang juga dapat menyebabkan banjir. Pihaknya mengimbau kepada seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan kewaspadaan karena banjir dan longsor bisa saja terjadi kapan saja.

Selain BMKG, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat sebelumnya juga mengeluarkan surat imbauan yang ditujukan kepada seluruh kepala daerah.

Dalam surat imbauan itu, Bupati dan Wali Kota se-Sumbar diminta agar meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya longsor, banjir dan lain-lain akibat tingginya curah hujan.

Diharapkan masing-masing daerah mengaktifkan posko penanggulangan bencana selama 1x24 jam setiap hari.  
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya