Jembatan Putus Dihantam Banjir, Warga Pasaman Barat Terisolir

Jembatan Putus, Kapal Getek Jadi Pilihan Moda Transportasi Warga Pasaman Barat
Sumber :
  • VIVA/Andri Mardiansyah

VIVA – Sekitar 350 warga di Tanjung Pangkal, Kecamatan Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, terisolir akibat satu-satunya akses jembatan yang membentang sepanjang 95 meter di aliran sungai batang Saman putus total akibat diterjang banjir pada Kamis 11 Oktober 2018. Warga terpaksa harus menggunakan kapal getek sebagai pilihan moda transportasi.

Bus Hino RM 280 ABS Jadi Andalan di Kalimantan Tengah

“Kita terpaksa harus menggunakan kapal untuk menyeberang. Rata-rata warga banyak yang bekerja di perkebunan dan pabrik pengolahan sawit PT Gersindo Minang Plantations (GMP),” kata Martias, salah satu warga setempat, Selasa sore 16 Oktober 2018.

Untuk bisa menggunakan kapal getek ini, warga harus membayar ongkos sebesar Rp5 ribu untuk sekali jalan. Itu artinya dalam sehari warga harus merogoh kocek sebesar Rp10 ribu. 

Pemprov DKI Jakarta Dukung Kerja Sama Proyek MRT Berkonsep TOD dengan Jepang

Martias berharap jembatan dapat cepat dibangun kembali, karena jika tidak maka akan ada beban tambahan sehari-hari yakni, ongkos transportasi kapal getek.

“Kita berharap jembatan ini cepat dibangun kembali. Jembatan ini, merupakan satu-satunya akses transportasi yang ada di sini,” ujarnya.

Wali Kota Berharap Proyek MRT 'Beneran' Sampai Tangsel: Itu Kita yang Usul

Selain jembatan, Martias juga berharap adanya bantuan logistik berupa makanan dan minuman, serta kebutuhan lainnya yang mendesak. Warga yang terisolir di Tanjung Pangkal ini cukup banyak.

Diwawancara terpisah, Bupati Kabupaten Pasaman Barat Syahiran menyebutkan jika bantuan logistik bagi daerah yang masih belum terjangkau akan secepatnya didistribusikan. Termasuk juga bantuan untuk warga yang ada di Tanjung Pangkal dan tempat lain.

Syahiran mengaku, baik BPBD maupun tim relawan yang ada, hingga saat ini memang mengalami kendala untuk menembus sejumlah lokasi yang terdampak banjir. Karena, disebabkan akses menuju lokasi itu seperti ruas jalan dan jembatan penghubung yang ada terputus. Namun demikian, pihaknya akan berupaya semaksimal mungkin untuk mendistribusikan bantuan tersebut.

Khusus untuk di Tanjung Pangkal, Syahiran menegaskan pihaknya akan berusaha meringankan beban ongkos bagi seluruh warga yang memanfaatkan kapal getek sebagai satu-satunya moda transportasi.

“Nanti kita akan koordinasikan dengan pemilik kapal. Kalau bisa ongkosnya dikurangi. Walau tetap dengan harga ongkos sekarang, maka akan kita usahakan dari sumber dana daerah, yang bisa dipakai. Nanti akan kita usahakan. Kalau untuk anak-anak sekolah kan sudah gratis itu,” ujarnya.

Terkait renovasi ruas jalan dan jembatan penghubung yang rusak, Syahiran berharap adanya bantuan, baik itu dari Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah setempat. Karena jika mengandalkan dana APBD Kabupaten Pasaman, maka kecil kemungkinan rencana itu akan terwujud dalam waktu dekat.

“Kita sangat berharap adanya bantuan dari provinsi maupun pusat. Kalau dana kita, sangat kecil, sangat terbatas,” tutupnya.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya