Hunian Sementara Jadi Kebutuhan Mendesak Korban Bencana Sulteng

Tim penyelamat dari Manggala Agni mencari korban gempa dan tsunami di kawasan Kampung Petobo, Palu, Sulawesi Tengah, Selasa, 2 Oktober 2018.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

VIVA – Penanganan bencana Sulawesi Tengah memasuki masa transisi pemulihan. Daerah yang terkena dampak parah bencana yaitu Palu, Sigi, dan Donggala menjadi prioritas dalam bantuan terhadap korban bencana Sulteng.

Kebut Pembangunan Pasca Gempa-Tsunami di Sulteng, Lebih 5 Ribu Huntap Disiapkan

Hal ini yang menjadi perhatian Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) yang terdorong ikut membantu dengan proses mendirikan hunian sementara (huntara) hingga sekolah darurat.  

Ketua Umum ILUNI UI Arief Budhy Hardono, menjelaskan huntara yang menjadi salah satu bantuan pihaknya. Bantuan ini diperlukan mengingat selama masa tanggap darurat sampai transisi pemulihan, huntara masih jadi kebutuhan mendesak.

Tolong! Masih Banyak Korban Gempa Palu di Penampungan Dihantui Corona

"Huntara yang kami bangun merupakan rancangan teman-teman alumni arsitek UI. Konsep dasarnya untuk mengembalikan kehidupan masyarakat penyintas bencana yang saat ini masih tinggal di tenda-tenda darurat komunal," kata Arief dikutip dari keterangan resminya, Kamis, 1 November 2018.

Arief menjelaskan secara psikologi, korban gempa Sulteng harus'segera kembali ke kehidupan normal. Bangunan huntara menurutnya masih jadi opsi lebih baik ketimbang tinggal di tenda darurat.

Melalui MUI, Taiwan Beri Bantuan Rp5 Miliar untuk Korban Gempa Palu

"Bencana Sulteng ini masih jadi kebutuhan penting untuk membantu saudara-saudara kita yang sedang tertimpa bencana," jelas Arief.

Kemudian, ia menyinggung untuk membantu program bantuan ini, ILUNI juga menggandeng Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Komunitas Biduan, untuk memberikan kontribusi di tiga wilayah terdampak bencana Sulteng.

Ketika masa tanggap darurat, ILUNI juga bergerak dengan mengirimkan bantuan tim medis seperti dokter dan tenaga kesehatan. Bantuan ini untuk tiga daerah terdampak seperti Donggala, Palu, dan Sigi.

"Selain itu, kami mengirimkan bantuan logistik berupa bahan makanan dan kebutuhan hidup para penyintas bencana di titik-titik pengungsian," ujarnya.

Sementara, Koordinator Program Community Development untuk Palu, Sigi dan Donggala, Endang Mariani mengatakan pentingnya dukungan psikososial terhadap korban bencana Sulteng. Dukungan bantuan ini memang menekankan bantuan prioritas seperti huntara, sekolah darurat.

Bagi dia, korban bencana di Sulteng ada masyarakat kelompok rentan seperti anak-anak dan balita, ibu hamil, orang tua dan para penyandang disabilitas.

"Mengacu pada prinsip-prinsip dasar yang utamanya memberikan rasa tenang, aman dan nyaman pada para penyintas bencana, setelah mereka mengalami kejadian traumatis," tutur Endang.

Adapun merujuk data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Sabtu 20 Oktober 2018, tercatat sudah 2.113 korban meninggal dunia akibat bencana gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah. Selain itu, tercatat sebanyak 223.751 orang mengungsi di 122 titik. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya