BNN Benarkan Rebusan Pembalut Berefek Nge-fly seperti Narkoba

Ilustrasi/Pengguna narkoba
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVA – Badan Narkotika Nasional Jawa Tengah mendesak jajaran pemerintah daerah terlibat menangani temuan kasus mabuk pembalut bekas di kalangan remaja di provinsi itu. Apalagi kasus mabuk rebusan pembalut bekas didominasi kalangan anak-anak jalanan.

Top Trending: Pertamina Bebastugaskan Arie Febriant Hingga Pria Tampar Wanita Gegara Disebut Alien

"Seluruh instansi Pemda kami desak untuk terlibat, tidak hanya BNN, karena penanganannya harus komprehensif," kata Kepala Bidang Pemberantasan BNN Jawa Tengah, Ajun Komisaris Besar Polisi Suprinarto, kepada VIVA pada Kamis, 8 November 2018.

Keterlibatan pemerintah daerah, Suprinarto menjelaskan, penting karena mereka memiliki tugas pokok objek dalam kasus penyimpangan penggunaan pembalut bekas itu. BNN berperan memberikan rekomendasi atas temuan di lapangan.

Sinergi Bea Cukai dan Bareskrim Polri Kembali Bongkar Pabrik Ekstasi di Sunter

Sebut saja perilaku menyimpang itu didominasi anak-anak jalanan, maka Dinas Sosial setempat harus langsung menangani. Dinas Kesehatan di tiap kabupaten/kota juga harus turun untuk meneliti dan memberikan rekomendasi terhadap bahayanya.

"Penggunanya kan anak jalanan. Nah, stakeholder (semua unsur pemerintah) yang menangani siapa di sana. Mereka harus gerak. Lalu untuk tahu kandungan zat-zatnya maka dinas apa yang menangani," katanya.

Polisi Gerebek Pabrik Ekstasi Fredy Pratama di Sunter, 4 Orang Jadi Tersangka

BNN juga telah merangkul psikolog untuk mengurai fenomena penyimpangan penggunaan pembalut bekas yang memberi efek memabukkan itu. Namun dukungan pemerintah daerah penting untuk memastikan masyarakat bisa hidup sehat dan jauh dari perilaku menyimpang. 

"Secara faktual efeknya kan nge-fly (mabuk) seperti pengguna narkotika. Maka penanganan komprehensif semua pihak bisa berkoordinasi. Pemda harus melakukan langkah dan kepedulian. Masalah ini bukan masalah BNN saja, tapi masalah bangsa dan semua," ujar Suprinarto.

Temuan terbanyak remaja yang menyalahgunakan pembalut bekas untuk mabuk berada di wilayah pinggiran Jawa Tengah, seperti Purwodadi, Kudus, Pati, Rembang serta Kota Semarang bagian timur. Rata-rata penggunanya adalah remaja usia 13-16 tahun. Menurut BNN, penyimpangan itu karena para anak jalanan tak mampu membeli narkoba, seperti sabu-sabu, yang harganya mencapai jutaan rupiah.

Sangat berbahaya

Guru besar ilmu kimia pada Universitas Diponegoro Semarang, Heru Susanto, mengingatkan bahwa penggunaan pembalut bekas yang direbus untuk dikonsumsi airnya sangat berbahaya bagi manusia karena mengandung senyawa berbahaya.

“Jelas sangat berbahaya, apalagi jika pembalut itu mengandung senyawa-senyawa kimia yang berbahaya bagi tubuh jika dikonsumsi. Kalau bekas, maka lebih berbahaya lagi karena ada kemungkinan tercampur dengan spora atau bakteri," kata Heru di Semarang pada Kamis, 8 November 2018.

Rata-rata pembalut wanita terbuat dari unsur kimia polimer. Senyawa kimia itu yang juga biasa digunakan untuk membuat plastik, karet, dan barang-barang lain. Ada juga senyawa yang disebut dioksin yang sangat berbahaya bagi tubuh jika dikonsumsi. 

"Jika dikonsumsi zat tersebut akan berdampak pada kekebalan tubuh pengguna akan berkurang, bahkan bisa menyebabkan kanker," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya