Pesan Luhur Para Pahlawan Nasional

Presiden RI Pertama Ir.Soekarno
Sumber :
  • chello.nl

VIVA - Pada 73 tahun yang lalu, tepatnya 10 November 1945, rakyat Surabaya bertempur dengan seluruh jiwa raga mereka melawan pasukan Inggris (Sekutu). Untuk mengenang jasa-jasa mereka, peristiwa itu kemudian diperingati sebagai hari pahlawan setiap tahunnya sampai sekarang ini.

Peringatan Hari Pahlawan, Bendera Merah Putih Berkibar di Perbatasan RI-Timor Leste

Tentunya, selain mereka yang gugur di medan pertempuran Surabaya, banyak pula putra putri bangsa yang turut mengorbankan diri mereka demi negeri tercinta ini. Dan di setiap perjuangan yang dilalui, mereka senantiasa memiliki prinsip hidup, juga pesan luhur yang mereka anut dan sampaikan.

Meski telah lama mereka ucapkan, pesan-pesan itu sangat berharga bagi generasi bangsa saat ini, misalnya untuk menghadapi segala tantangan di masa kini.

Peringati Hari Pahlawan, Wakasal dan Mensos Risma Upacara dan Tabur Bunga di Perairan Teluk Jakarta

Berikut sejumlah pesan luhur dari pahlawan nasional Indonesia:

1. Bung Tomo (Pemimpin pertempuran 10 November di Surabaya)

Cak Imin Ziarah Makam Pahlawan Nasional Kiai As'ad di Situbondo, Ingatkan Resolusi Jihad

"Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih menjadi merah dan putih, selama itu kita tidak akan mau menyerah kepada siapa pun juga."

"Kita tunjukkan bahwa kita adalah benar-benar orang yang ingin merdeka. Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka."

2. Hadji Oemar Said Tjokroaminoto (Pemimpin Sarekat Islam)

"Jika kalian ingin menjadi pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator."

3. Soeprijadi (Pemimpin pemberontakan melawan pasukan pendudukan Jepang di Blitar)

"Kita yang berjuang jangan sekali-kali mengharapkan pangkat, kedudukan, ataupun gaji yang tinggi."

4. Otto Iskandardinata (Politisi dan aktivis kemerdekaan)

"Kalau Indonesia merdeka boleh ditebus dengan jiwa seorang anak Indonesia, saya telah memajukan diri sebagai kandidat yang pertama untuk pengorbanan ini."

5. Cut Nyak Dhien (Pemimpin gerilyawan Aceh yang melakukan penyerangan terhadap pasukan kolonial Belanda)

"Saat terbaik untuk membuktikan bahwa kita adalah pemenang yaitu saat ketika kita tampak kalah."

6. Diponegoro (Pemimpin perang Jawa melawan penjajah Belanda)

"Hidup dan mati ada dalam genggaman Illahi. Takdir adalah kepastian, tapi hidup harus tetap berjalan. Proses kehidupan adalah hakikat, sementara hasil akhir hanyalah syariat. Gusti Allah akan menilai ketulusan perjuangan manusia, bukan hasil akhirnya. Kalaupun harus menjumpai kematian, itu artinya mati syahid di jalan Tuhan."

7. Tan Malaka (Pemimpin Partai Komunis Indonesia)

"Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda."

8. Kartini (Pembela kaum wanita)

"Tiada awan di langit yang tetap selamanya. Tiada mungkin akan terus-menerus terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi membawa keindahan. Kehidupan manusia serupa alam."

9. Jenderal Soedirman (Pemimpin Tentara Nasional Indonesia pada saat revolusi nasional)

"Tempat saya yang terbaik adalah di tengah-tengah anak buah. Saya akan meneruskan perjuangan. Met of zonder Pemerintah TNI akan berjuang terus."

10. Ahmad Dahlan (Pemimpin Islam Jawa, mendirikan Muhammadiyah)

"Berusahalah menjadi orang Islam yang berani menunjukkan identitas yang sebenarnya, bukan malah ingin menyembunyikannya."

11. Ernest Douwes Dekker (Jurnalis dan politisi Indo yang membantu kemerdekaan Indonesia)

"Walaupun sendirian, jika perlu, aku akan menegakkan keadilan, dengan atau tanpa bantuan orang lain."

12. Tuanku Imam Bonjol (Tokoh Islam dari Sumatera Barat yang melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda dalam Perang Padri)

"Berdoa bagi pemimpin-pemimpin negara berarti membuat tanggung jawab bangsa menjadi tanggung jawab umat Islam juga."

13. Pattimura (Gerilyawan dari Maluku yang melakukan perlawanan terhadap pasukan kolonial Belanda)

"Pattimura-pattimura tua boleh dihancurkan, tetapi kelak Pattimura-pattimura muda akan bangkit."

14. Gubernur Suryo

"Berulang-ulang telah kita katakan, bahwa sikap kita ialah lebih baik hancur daripada dijajah kembali."

15. Bung Karno

"Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah"

16. Bung Hatta

"Pahlawan yang setia itu berkorban, bukan buat dikenal namanya, tetapi semata-mata untuk membela cita-cita"

(ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya