Diguncang Gempa Berkali-kali, Belasan Ribu Warga Mamasa Mengungsi

Peta distribusi gempa Mamasa dan sekitarnya
Sumber :
  • BMKG

VIVA – Gempa yang terus terjadi di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, sejak sepekan terakhir membuat kurang lebih 15 ribu orang mengungsi. Kini mereka tersebar di enam belas titik lokasi pengungsian.

Jokowi Resmikan 147 Bangunan yang Direhabilitasi Pasca Gempa di Sulawesi Barat

Reporter TvOne melaporkan, warga masih takut kembali ke rumah lantaran Mamasa masih terus dilanda gempa dengan skala di bawah 5 skala richer. Gempa bisa dirasakan warga hingga lima kali dalam sehari.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, mencatat dalam sepekan terakhir, wilayah Mamasa diguncang gempa tektonik yang beruntun. Hingga hari ini, Sabtu 10 November 2018, aktivitas gempa masih terjadi. Gempa terakhir dirasakan warga pada pukul 19.57 WIB dengan kekuatan gempa 2,8 skala richer.   

Gempa di Taiwan, 18 Orang Masih Hilang

Berdasarkan data monitoring BMKG, total aktivitas gempa Mamasa selama 6 hari sejak 3 November 2018 hingga Jumat 9 November 2018 sudah tercatat 217 gempa. Sebanyak 39 gempa diantaranya merupakan gempa yang guncangannya dirasakan oleh masyarakat.

Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono mengatakan, memperhatikan tren frekuensi gempa Mamasa, ada kecenderungan peningkatan aktivitas kegempaan di wilayah ini. Jika jumlah gempa pada 3 hari pertama hanya sebanyak 31 gempa, maka pada 3 berikutnya aktivitas gempa melonjak drastis menjadi 116 gempa.

Gempa Magnitudo 6 Guncang Jepang, Tak Ada Peringatan Tsunami

Artinya, dalam waktu sepekan telah terjadi peningkatan aktivitas gempa sangat signifikan. Aktivitas gempa paling banyak terjadi pada Kamis 8 November 2018 mencapai sebanyak 67 gempa dalam sehari.

"Ditinjau dari kekuatannya, aktivitas gempa yang terjadi sebenarnya didominasi oleh gempa dengan magnitudo kurang dari 4,0. Dari seluruh gempa yang terjadi hanya 3 gempa saja memiliki magnitudo 5,0," katanya dikutip dari siaran persnya.

Belum ada laporan kerusakan

Daryono menjelaskan, ada beberapa sebab yang diduga melatarbelakangi aktivitas gempa beruntun ini. Pertama, struktur Sesar Saddang dikenal sebagai sesar aktif, tetapi sudah lama tidak memicu gempa signifikan. Sehingga wajar jika sesar ini berada dalam fase akumulasi stress dan saatnya melepaskan energi yang dimanifestasikan sebagai aktivitas gempa yang beruntun kejadiannya.

Kedua, ada dugaan bahwa meningkatnya aktivitas kegempaan Mamasa terpicu oleh gempa kuat magnitudo 7,4 yang baru saja terjadi di Palu dan Donggala. Sangat mungkin bilamana transfer stres statis yang positif dan besar mereaktivasi Sesar Saddang, yang letaknya di sebelah selatan Sesar Palu Koro.

Meskipun belum ada laporan terjadinya kerusakan bangunan rumah sebagai akibat dampak gempa, tetapi dengan seringnya terjadi gempa dirasakan telah menjadikan masyarakat Mamasa menjadi resah. Hal ini wajar karena wilayah Mamasa selama ini termasuk kawasan aktivitas kegempaan rendah, dan catatan gempa merusak di daerah ini sangat jarang. Sehingga wajar jika masyarakat setempat menjadi resah akibat adanya aktivitas gempa yang dinilai tidak lazim ini.

Untuk menciptakan ketenangan masyarakat di Mamasa, BMKG sudah memberangkatkan tim survei untuk memberikan penjelasan dan sosialisasi mitigasi gempa di Mamasa. Ini penting agar masyarakat setempat menjadi lebih waspada, dan memahami cara-cara selamat dalam menghadapi gempa.

Daryono mengimbau kepada masyarakat Mamasa dan sekitarnya agar tetap tenang dan waspada, tidak mudah terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. “Semoga aktivitas gempa yang terus terjadi ini segera berakhir,” ucapnya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya