Penipu Rekrutmen PT KAI Catut Nama Jusuf Kalla

Korban hoax lamaran kerja di PT KAI
Sumber :
  • Twitter @keretaapikita

VIVA – Salah satu korban lowongan kerja palsu PT Kereta Api Indonesia, DE, menyebut pelaku berjumlah dua orang, yakni bernama Nanang dan Iday yang mengaku sebagai pejabat PT KAI, yang mengurus rekrutmen karyawan.

Summarecon Kerja Sama dengan KAI Kembangkan Fasilitas TOD di Bekasi

Bahkan, pelaku berani mencatut nama pejabat tinggi negara dalam melancarkan aksinya, semisal, nama Wakil Presiden, Jusuf Kalla.

Pelaku mengiming-imingi korbannya bisa memberikan kemudahan jadi pegawai PT KAI lewat jalur rekomendasi.

Beroperasi Agustus 2022, Intip Jam Layanan LRT Jabodebek

"Jadi, pelaku ini, dia mengaku tangan kanannya kepala rekrutmen KAI. Jadi, dia mengaku karyawan di KAI. Kita dibilang, ini lewat jalur rekomendasi, jadi enggak online. Katanya, kepala rekrutmen KAI minta dia cari sekitar 100 orang dari jalur rekomendasi," katanya, saat diwawancarai wartawan di Jakarta, Senin 12 November 2018.

Lebih lanjut dia mengatakan, keduanya memanfaatkan grup dalam aplikasi WhatsApp untuk meyakinkan korbannya dalam beraksi. Nama grup WhatsApp tersebut 'Angkatan 2018', di mana dalam grup tersebut, kedua pelaku menjadi admin, dan menggunakan sosok fiktif bernama Angga untuk mengelabui para korbannya.

Cerita Pegawai PT KAI Jadi Korban Investasi Bodong Mobil Murah

"Si pelaku ini membuat tokoh fiktif, namanya Angga. Si Nanang (pelaku) ini, ceritanya tangan kanannya Angga, ketua rekrutmen KAI," ujar dia.

Dalam grup itu, mereka pura-pura dengan terus memberikan informasi mengenai proses rekrutmen PT KAI kepada para korban. Bentuknya, melalui screenshot percakapan

"Dia buat screenshot terus dishare ke grup. Dari situ, saya mulai timbul kecurigaan tuh. Bahasa chatnya identik dengan dua orang ini," katanya lagi.

DE mengaku dirinya dimintai uang oleh pelaku. Nilai uang beragam tergantung jabatan yang dipilih, juga strata pendidikan.

Bukan hanya dia yang ditipu, tetapi ada juga beberapa anggota keluarganya termakan tipu muslihat tersebut. Dia mengaku seluruh keluarganya rugi hampir Rp20 juta.

"Adik saya diminta Rp11 juta, karena dijanjikan SK BUMN. Saya sekitar Rp4 juta, paling kecil Rp3,5 juta. Jadi, ada yang bayar tunai, ada yang transfer juga ke pelaku ini," ucapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya