- VIVA.co.id/ Nur Faishal.
VIVA – Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Ahmad Basarah, menanggapi wacana calon wakil presiden Sandiaga Uno yang akan memilih menpora dan menristekdikti dari generasi milenial. Ia mengingatkan masyarakat agar jangan terjebak dengan politik kardus.
"Jadi kita jangan terjebak dengan politik kardus. Itu apa? Politik kemasan. Ngomong generasi milenial, ditampilkan lah kardus kemasan itu. Tapi isinya belum tentu sesuai dengan kebutuhan generasi milenial," kata Basarah di gedung DPR, Jakarta, Selasa 13 November 2018.
Menurutnya, wacana tentang generasi milenial harus diberikan bobot pada aspek substansi untuk menyelesaikan apa yang sebenarnya menjadi permasalahan, dan kebutuhan generasi milenial. Di antaranya soal menjawab adanya bonus demografi.
"Tidak hanya sekadar dengan menjawab dengan memberikan pemimpin generasi milenial. Jangan menyederhanakan permasalahan. Masalah generasi milenial ini apa sih ke depannya. masalah kepastian pendidikan, masalah jaminan lapangan kerja, dan masalah masa depan lainnya,” ujarnya.
“Jadi oleh karena itu, melayani generasi milenial itu tidak identik dengan mengangkat anak muda pada posisi-posisi strategis kabinet dan lainnya," kata Basarah.
Ia menegaskan, yang terpenting adalah bagaimana programnya, bagaimana jabaran memenuhi kebutuhan dan harapan generasi milenial. Tidak harus dengan orang muda yang di sana.
"Jangan sampai generasi milenial ini dieksperimentalkan kepada orang muda yang belum tentu dia cakap, belum tentu dia matang, jadi lebih baik kita bicara substansi, bicara kualitas kepemimpinan dan program yang itu betul-betul memberikan jaminan masa depan generasi milenial yang lebih baik lagi," kata Basarah.
Ia meminta agar tidak terjebak dengan dikotomi dengan orang tua dan orang muda. Tapi pada manfaatnya bagi kepentingan generasi milenial tersebut. Misalnya, fokus koalisinya mengembangkan program revolusi teknologi informasi 4.0.
"Bagaimana kemajuan teknologi informasi itu dipakai dengan kebutuhan untuk memenuhi harapan generasi milenial. D samping kita juga meminimalisir dampak yang muncul dari akibat kemajuan teknologi informasi itu," kata Basarah.
Ia mencontohkan dua jempol ini bisa melalang buana mencari informasi dengan siapa pun. Lalu bisa jadi dampak negatif ketika mental tidak siap.
"Tapi kan dari smartphone ini, anak kuliah yang pas-pasan bisa berbisnis dengan menggunakan lapak di sini, jualan di handphone tanpa membuka toko. Intinya adalah melayani kebutuhan generasi milenial itu bagaimana menciptakan lapangan bekerja untuk mereka, dan kepastian masa depan lebih baik, dan memberikan program yang memang dapat membuat generasi milenial bisa hidup dalam sistem ekonomi yang baru," kata Basarah.