Keajaiban di Hari Kelahiran Rasulullah

Nabi Muhammad SAW.
Sumber :
  • worldpress.com

VIVA – Kelahiran Nabi Muhammad SAW atau biasa disebut Maulid Nabi Muhammad SAW, diperingati setiap bulan Rabi'ul Awal (dalam kalender hijriah). Sedangkan untuk tanggal pasti kelahiran Nabi, terdapat perbedaan di kalangan ulama. Ada yang menyebutkan Nabi lahir pada 9 Rabi'ul Awal, ada juga yang berpendapat tanggal 10 Robi'ul Awal dan 12 Robi'ul Awal.

Hadiri Maulid Nabi, Gibran Minta Santri Kawal Program Dana Abadi Pesantren

Namun, setidaknya para sejarawan Islam bersepakat bahwa kelahiran Nabi di awal permulaan tahun Gajah. Kemudian, lahir di bulan Robi'ul Awal dan lahir pada hari Senin, sebagaimana sabda Rasulullah ketika ditanya 'Mengapa Rasulullah berpuasa di hari Senin? Beliau menjawab 'Itulah hari Aku dilahirkan'.

Dalam kitab Sirah Nabawiyah Ar Rahiq Al Makhtum karangan Syeikh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri yang dikutip VIVA, Rasulullah dilahirkan di tengah keluarga Bani Hasyim di Mekah, Senin pagi, 9 Robi'ul Awal tahun Gajah. Atau, bertepatan dengan tanggal 20 April 571 Masehi, berdasarkan penelitian ulama besar Muhammad Sulaiman Al Manshurfuri dan peneliti Astronomi Mahmud Basya (1305 Hijriah).

Terjadi Lagi, Emak-emak di Banten Sawer Qori Bak Biduan Saat Lantunkan Ayat Suci

Hari kelahiran Rasulullah diikuti dengan beberapa peristiwa pendukung kerasulan. Ibnu Sa'ad meriwayatkan bahwa Ibunda Rasulullah, Siti Aminah berkata "Setelah bayiku keluar, aku melihat ada cahaya yang keluar dari kemaluanku, menyinari istana-istana di Syam." Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Al Irbadh bin Sariyah, yang isinya mirip dengan riwayat tersebut.

Ada riwayat lain yang menyebutkan, kelahiran Rasulullah bertepatan dengan runtuhnya 14 balkon istana Kisra, padamnya api yang biasa disembah orang-orang Majusi, serta runtuhnya beberapa gereja di sekitar Buhairah, setelahnya gereja itu amblas ke tanah.

Airlangga-Khofifah Hadiri Golkar Berselawat Bareng Warga Tuban

Kabar gembira kelahiran Rasulullah ini, kemudian disampaikan Aminah kepada sang kakek, Abdul Muthalib. Ia menyambut, suka cita kelahiran cucunya dan membawanya masuk ke dalam Ka'bah, untuk bersyukur dan berdoa kepada Allah.

Di tempat suci itu, Abdul Muthalib menamai cucunya dengan nama 'Muhammad'. Nama Muhammad saat itu, belum dikenal di kalangan bangsa Arab. Belum pernah ada orang yang menamai anaknya dengan nama Muhammad.

Disusui Halimah

Seperti tradisi di kalangan bangsa Arab saat itu, mereka mencari wanita-wanita yang bisa menyusui anak-anaknya. Begitu pun bayi Rasulullah, wanita yang pertama kali menyusui Rasulullah setelah ibunya adalah Tsuwaibah (hamba sahaya Abu Lahab). Kemudian, Rasulullah disusui oleh Halimah As Sa'diyah dari Bani Sa'ad bin Bakar.

Selama dua tahun lamanya Halimah menyusui Rasulullah kecil, ia dan suaminya Al Harits bin Abdul Uzza merasakan keberkahan yang luar biasa. Di mana, air susunya tak pernah habis dan setiap anak-anak yang dia susui bisa menyedot air susu sesukanya hingga kenyang, termasuk anaknya sendiri.

Begitu pula hewan-hewan ternak milik Harits dan Halimah, seperti unta yang sudah tua dan domba-domba yang sebelumnya tidak pernah mengeluarkan susu, tiba-tiba pulang dalam keadaan kenyang dan kelenjar air susunya penuh. Keledai yang sudah lemah karena terlalu sering digunakan untuk membawa barang, juga tiba-tiba menjadi perkasa.

"Demi Allah, tahukan engkau wahai Halimah, engkau telah mengambil satu jiwa yang penuh berkah," Halimah As Sa'diyah pun berkata "Demi Allah aku pun berharap yang demikian itu,"

Halimah dan suaminya mengaku selalu mendapatkan tambahan berkah dan kebaikan dari Allah selama dua tahun menyusui Rasulullah. Mereka menyapihkan dan Rasulullah tumbuh dengan baik, tidak seperti bayi-bayi lainnya. Bahkan sebelum usia 2 tahun, Rasulullah tumbuh dengan pesat.

Tiba pada waktunya Halimah harus mengembalikan Rasulullah yang dia susuinya itu ke Ibundanya, Siti Aminah. Halimah berat untuk menyerahkan kembali Rasulullah kepada ibundanya. Karena, ia bisa merasakan keberkahan selama menyusui Rasulullah. Ia merayu Ibunda Rasulullah, agar berkenan anaknya tetap berada di tengah-tengah keluarganya.

"Andaikan saja, engkau sudi membiarkan anakmu ini tetap bersama kami hingga menjadi besar, karena aku khawatir dia terserang penyakit yang biasa menjalar di Mekah," kata Halimah kepada Ibunda Nabi Muhammad SAW.

Begitulah kehidupan Rasulullah selama tinggal di tengah-tengah Bani Sa'ad bin Bakar. Ia disusui oleh Halimah selama dua tahun, dan akhirnya dikembalikan ke Ibundanya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya