- VIVA/Lucky Aditya
VIVA – Calon wakil presiden Sandiaga Salahudin Uno berkampanye di beberapa lokasi di Kota Malang, Jawa Timur, pada Jumat, 23 November 2018. Salah satunya adalah sentra produksi tempe di Sanan. Dia mengaku kali pertama melihat langsung tempe setipis kartu anjungan tunai mandiri (ATM).
"Di sini untuk pertama kali saya lihat ternyata ada tempe setipis ATM. Melihat dengan mata kepala sendiri bahwa ada tempe setipis ATM. Bener, kan, ini setipis ATM," katanya.
Pernyataan Sandiaga menyambung kutipan Yuli dan Eni, ibu rumah-tangga di Duren Sawit, Jakarta, beberapa waktu lalu. Saat itu, mereka mengeluhkan harga kedelai naik dan karenanya mereka harus mengecilkan ukuran tempe setipis kartu ATM.
Tempe setipis ATM yang dimaksud Sandiaga adalah tempe yang akan diproduksi sebagai keripik tempe. Keripik itu adalah ikon oleh-oleh khas Kota Malang yang selalu diburu wisatawan saat berlibur ke Malang.
"Ternyata jadi kekhasan dan ikon di sini tempe tipis, dan keripik tempe ini menjadi salah satu unggulan kerajinan tempe di Sanan, Malang. Logonya bersama kita bisa," ujarnya.
Sandiaga justru mengapresiasi perajin tempe dalam berinovasi di tengah situasi berbagai kebutuhan bahan baku yang mahal, seperti kenaikan harga gas elpiji dan kedelai. Lagi pula kedelai di Sanan adalah 100 persen impor dari Amerika Serikat.
Para perajin, kata Sandiaga, tak menaikkan harga tempe meski harga kedelai naik, namun dengan mengecilkan ukuran tempe dan jumlah produksi.
Sandiaga berjanji, jika terpilih sebagai wakil presiden, dia lebih memerhatikan kesejahteraan perajin tempe. Dibutuhkan swasembada kedelai agar perjain tempe tidak lagi mengimpor dari luar negeri, termasuk dari Amerika Serikat.
"Karena, katanya, kedelai lokal rasanya lebih enak daripada kedelai impor. Dan saya yakin dengan semangat membangun produksi tempe dan keripik tempe ini, kita bisa menggeliatkan ekonomi kita, mengurangi angka pengangguran, dan itu menjadi program Prabowo-Sandi," kata Sandiaga. (ase)
