Wagub Cemas Komunitas Pesantren di Jabar Terbelah karena Pilpres

Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum dalam dialog bertajuk Jabar Punya Informasi di Bandung, Kamis, 6 Desember 2018.
Sumber :
  • VIVA/Adi Suparman

VIVA – Delapan ribu lebih pesantren se-Jawa Barat akan dipersatukan dalam perlombaan Musabaqah Qira'atil Kutub (MQK) atau pembacaan kitab kuning tingkat Provinsi. Kegiatan itu dinilai penting untuk mempersatukan seluruh pesantren yang terpecah akibat suksesi politik daerah dan nasional.

Tuding Pj Gubernur Jawa Barat Tidak Netral saat Pemilu 2024, Hakim MK: Tak Ada Saksinya

Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum menjelaskan bahwa ribuan pesantren itu harus dipersatukan karena kondisinya menunjukkan sesama pesantren di Jawa Barat bersikap acuh tak acuh.

“Suka ada tidak kenal antara satu pesantren dengan yang lainnya. Karena banyak pesantren, ya, mohon maaf, tidak membangun komunikasi dengan pesantren, dan pesantren yang tertutup dengan pesantren lain,” kata Uu dalam dialog bertajuk Jabar Punya Informasi di Bandung, Kamis, 6 Desember 2018.

Warga Dikejutkan Penemuan Mayat Bayi Laki-laki di Kali Cikeas

Ada 20 pesantren dari 15 kabupaten yang mendaftar melalui Kementerian Agama kantor wilayah Jawa Barat. MQK dijadwalkan dibuka pada 10 Desember 2018.

Wagub Cemas Komunitas Pesantren di Jabar Terbelah karena Pilpres

Kemenag Berikan Bantuan untuk Pendidikan Islam dan Pesantren: Simak Syarat dan Ketentuannya

Uu mengkhawatirkan komunitas pesantren terbelah dalam dua kubu politik, menyusul silih berganti agenda politik mulai pilkada serentak tahun 2018, dan menjelang pemilu legislatif dan pemilu presiden tahun 2019.

"Saya agak sedikit khawatir. Saya tahu persis dengan adanya event-event politik, dimulai dari Pilgub (Jawa Barat) kemarin, termasuk pilpres hari ini, ada kecenderungan pesantren kelompok sana, pesantren kelompok sini,” ujarnya.

“Saya tidak mau (terpecah-belah). Pesantren kan satu tujuannya, tiada lain sebagai benteng akidah, pilar moral bangsa. Tujuannya sama, kenapa dibedakan dengan warna politik," katanya.

Lomba Kitab Kuning

Lombaan membaca kitab kuning itu, menurut Uu, langkah mengevaluasi para santri dalam pemahaman keilmuan dan karakter. “Itu syarat mutlak, juga Nawacita Jokowi, yaitu pendidikan karakter,” katanya.

Situasi antarpesantren yang menjadi dua kubu akibat tahun politik dan dipersatukan dengan perlombaan baca kitab kuning merupakan formula tepat dari konsep Nawacita Presiden Jokowi.

“Kan keinginan Jokowi dalam Nawacitanya antara lain ingin masyarakat Indonesia ini memiliki karakter dengan revolusi mental. Apa yang diharapkan? Karakter yang memiliki ahlakul karimah, karakter yang berbudi pekerti,” katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya