Jokowi: Kontestasi Tanpa Toleransi Picu Ujaran Kebencian

Presiden Joko Widodo.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

VIVA – Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya semangat bertoleransi dalam berinteraksi di tengah kompleksitas budaya saat ini. Menurut Jokowi, interaksi dalam berbagai hal termasuk kontestasi kata dan kontestasi politik akan berujung kepada ujaran kebencian jika tidak diiringi toleransi.

Anti-Islam Meningkat Pesat di India Gegara Ini

"Harus diingat kontestasi kata tanpa toleransi akan memicu perang kata yang penuh dengan ujaran kebencian. Saling menghujat saling memfitnah seperti yang sering kita lihat akhir akhir ini, saling mencela," kata Jokowi di acara Kongres Kebudayaan Indonesia, di Jakarta, Minggu, 9 Desember 2018.

Bahkan, Jokowi melanjutkan, kontestasi diri tanpa toleransi juga akan memicu kecemburuan dan kebencian. Tak hanya itu Jokowi mencontohkan untuk kontestasi ekonomi yang tanpa diiringi toleransi juga dipastikan akan memperlebar ketimpangan yang ada.

Ujaran Kebencian Terhadap Muslim di India Meningkat 62 Persen, Ini Pemicunya

"Kontestasi politik tanpa toleransi pun bisa menghalalkan segala cara untuk mencapai kemenangan, itu juga hal yang harus dihindari," kata dia.

Oleh karena itu, Jokowi mengibaratkan, Indonesia tidak butuh ketersediaan panggung ekspresi. Yang dibutuhkan Indonesia saat ini adalah panggung interaksi yang bertoleransi.

GP Ansor Bubarkan Pengajian Syafiq Basalamah, Tere Liye Semprot PBNU: Jangan Dikit-dikit Keberatan

"Yang kita butuhkan adalah panggung toleransi dalam berinteraksi sebagaimana di depan saya sampaikan bahwa inti kebudayaan adalah kegembiraan," katanya.

Ia mengaku paham bahwa interaksi kebudayaan merupakan hal yang kompleks dan melibatkan banyak sekali pihak-pihak antar kelompok, antar bangsa, bahkan antar orang tradisional dan modern. Menurutnya, interaksi yang diwarnai jiwa toleransi akan membentuk ruang tersendiri.

"Bisa berbentuk ruang fisik yang inklusif seperti Smart City, bisa juga berupa ruang ekspresi atau mimbar akademik yang diharapkan bisa menjadi panggung toleransi. Bisa juga lembaga lembaga keagamaan bisa media elektronik dan media sosial," katanya.

Untuk mewujudkan hal itu, Jokowi mengatakan, negara harus hadir sebagai fasilitator yang mendukung toleransi. "Tetapi, seberapa pun besarnya peran pemerintah sebagai fasilitator dalam ruang ekspresi dan ruang toleransi di bangsa ini, ruang yang dibutuhkan bukannya hanya di luar diri kita tapi dalam tubuh dan pikiran kita," ucap Jokowi.
    

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya