Respons Sultan Hamengkubuwono X soal Salib Makam yang Dipotong

Salib di makam Albertus Slamet harus dipotong
Sumber :
  • istimewa

VIVA – Pemotongan simbol salib di pusara Albertus Slamet Sugiardi di pemakaman umum Jambon, Purbayan, Kotagedhe, Kota Yogyakarta menjadi viral di media sosial dan disorot media massa.  

Angkat Isu Keberagaman Agama, Film Ahmadiyah's Dilemma dan Puan Hayati Curi Perhatian

Tak hanya itu, keluarga Albertus Slamet juga tak boleh menggelar doa jenazah dan doa tujuh hari kematian Albertus Slamet di rumah duka. Namun pemotongan tanda salib makam dan larangan doa merupakan permintaan warga yang mayoritas muslim dan disebut disetujui oleh pihak keluarga almarhum Slamet.

Kasus yang mengarah ke perbuatan intoleransi dan SARA ini juga mendapatkan perhatian dari Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono atau HB X. Raja Keraton Yogyakarta itu memastikan bahwa kronologi pemotongan nisan salib tidak seperti yang viral di media masa.

Kiai di Subang dan Indramayu Yakin Ganjar-Mahfud Bisa Berantas Radikalisme dan Intoleransi

"Ndak kejadian, ndak seperti itu (berita viral di medsos). Kemarin kan sudah dijelaskan Pak Wali Kota (wali kota Yogya),"kata Sultan di DIY, Rabu 19 Desember 2018.

Menurut Sultan yang terjadi bukan masalah pemotongan nisan salib namun demikian masyarakat muslim yang ada di sana yakni Purbayan ada yang memiliki agama yang berbeda sehingga dibandingkan harus dimakamkan di Mrican maka disepakati dimakamkan di Purbayan.

Dialog Lintas Iman Tokoh Agama Digelar Berani, Untuk Perkuat Toleransi

"Nah terus ada kesepakatan bersama, kan itu saja," ujarnya.

Ngarso Dalem panggilan akrab Sri Sultan HB X menyatakan adanya anggapan Yogya intoleran setelah adanya pemotongan nisan salib dan viral di medsos merupakan sebuah konsekuensi karena diviralkan. Padahal di DIY tidak ada masalah.

"Yogya itu sebenarnya tidak masalah, namun karena diviralkan itu. Ya itu konsekuensi," kata dia. (ren)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya