Menhan Sebut Pengadaan Alutsista untuk Bencana Sudah Mendesak

Tim medis mengevakuasi korban luka-luka gempa dan tsunami Palu-Donggala setibanya di Lanud Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Yusran Uccang

VIVA – Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu memastikan pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) ke depan akan menyesuaikan tantangan dan ancaman. Ia menyebut, ancaman nyata di depan mata ialah penanganan terorisme, bencana alam, pemberontakan, pencurian ikan dan wabah penyakit.

Asli Buatan Indonesia, Ini Penampakan Radar Canggih Armed TNI

"Sudah dari dulu saya sampaikan, tidak ada perang besar terbuka antara negara dengan negara lain. Itu ancaman yang belum nyata. Kalau itu menjadi nyata artinya kedaulatan dan keutuhan negara kita terganggu, keselamatan terganggu, itu baru kita perang, itu namanya total war. Itu belum nyata," kata Ryamizard saat menyampaikan keterangan pers di kawasan Jakarta Pusat, Kamis 27 Desember 2018.

Ryamizard mengatakan usulan ini dipastikan berlaku pada tahun depan. Ia melihat, kebutuhan akan hal itu sudah mendesak. Alutsista yang sifatnya untuk kebutuhan perang terbuka belakangan ini menurutnya hanya digunakan pada acara seremonial.

Prabowo Luncurkan Kapal Cepat Rudal, DPR: Sangat Bermanfaat di Natuna

"Yang harus dibeli, diadakan adalah yang nyata. Bagaimana kita menghadapi terorisme, bagaimana kita mengetahui bagaimana mendeteksi jalur komunikasi jalur logistik dan lain-lain itu harus dibeli. Kedua, adalah bagaimana mengetahui bencana alam, belajar dari yang lebih ahli di Jepang, pasti ada gunanya," terang dia.

"Kalau sekarang harus ini, tidak bisa lagi, karena sudah ancaman," tambahnya.

Kecanggihan Ranpur Rudal Udara TNI AD yang Bikin Jokowi Kepincut

Mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu pun memberi contoh bagaimana alat angkut udara ketika peristiwa bencana terjadi. Ketika menggunakan kapal laut, akan memakan waktu lama. Sementara pesawat atau helikopter mampu mengangkut berbagai hal dengan waktu singkat.

"Kalau pesawat terbang kan hitungan lima jam sampai paling jauh, hitungan 10 jam sudah angkat sana (korban-red). Kalau kapal berhari-hari, yang harusnya hidup bisa mati. Kapal ya perlu, menyusul, karena itu kapal rumah sakit, pengobatan segala macam di kapal," ujarnya.

VIVA Militer: Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Marsekal TNI Fadjar Prasetyo

Kepala Staf TNI AU Datangi Kantor Prabowo, Jadi Beli Jet Tempur Baru?

Salah satu pembahasan adalah terkait penambahan kekuatan dan kesiapan sistem pertahanan udara.

img_title
VIVA.co.id
29 Desember 2021