Lubang Patahan di Puncak Anak Krakatau Capai 1 Kilometer

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati Bicara Gempa Lombok
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Di puncak Gunung Anak Krakatau ditemukan dua lubang yang mengeluarkan asap. Lubang itu diduga sepanjang satu kilometer dan bersumber dari dalam perut Gunung Anak Krakatau di perairan selat Sunda.

Hujan Sedang hingga Lebat Diperkirakan Guyur Sejumlah Daerah pada Hari Ini

"Jadi celah itu belum menyambung, kalau total sudah menyambung, itu total satu kilometer. Itu masih patah-patah, jadi belum begitu mengkhawatirkan," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dikonfirmasi oleh awak media pada Selasa, 1 Januari 2019, di gedung PGRI Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Di lokasi itu pun, Dwikorita menjelaskan kalau BMKG telah memasang dua alat pemantau cuaca dan ketinggian gelombang di Pulau Sebesi, pulau yang dekat dengan Gunung Anak Krakatau.

BMKG Sebut Gelombang hingga 2,5 Meter Bakal Terjadi di Perairan Indonesia, Ini Lokasinya

"Tadi untuk mencatat gelombang dan cuaca di Pulau Sebesi dulu. Pulau yang lebih dekat di Pulau Sertung, tapi kondisi tidak memungkinkan mendekat di Pulau Saya," terangnya.

Tim BMKG berangkat pada 31 Desember 2018, namun tidak jadi memasang alat hari itu, lantaran kondisi yang tidak memungkinkan sehingga harus bermalam di atas kapal. Hingga esok harinya, 1 Januari 2019, baru bisa mendekat ke Pulau Sebesi untuk memasang alat pemantau cuaca dan tinggi gelombang air laut.

BMKG Sebut Erupsi Gunung Ruang di Sulut Berpotensi Tsunami: Ada Catatan Sejarahnya

"Karena lokasinya relatif lebih dekat dengan Gunung Anak Krakatau. Sehingga sebelum gelombang itu (tsunami) sampai ke pantai di wilayah Banten ataupun di wilayah Lampung, semoga sudah ada kesiapan-kesiapan," terangnya.

Jarak aman diturunkan dari satu kilometer menjadi 500 meter dari bibir pantai. Meski begitu, masyarakat diminta tetap berhati-hati jika beraktivitas di laut. Lantaran, Gunung Anak Krakatau masih terus erupsi, meski mengalami penurunan uang cukup signifikan.

"Tapi alam itu biasanya memberi kabar, tapi sensor manusia itu bisa saja kurang menangkap," ujarnya.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya