- VIVA/Eduward Ambarita
VIVA – Putri presiden ketiga Abdurrahman Wahid, Anita Hayatunnufus Wahid, menyerukan masyarakat Indonesia menggalakkan lagi tradisi silaturahmi. Sebab dia mengamati gejala keterbelahan masyarakat menyusul maraknya hoax dan ujaran kebencian, terutama dalam momentum pemilu 2019.
Putri keempat mendiang Gus Dur itu berpendapat, kabar bohong atau hoax dan ujaran kebencian telah menghalangi masyarakat untuk bertemu dengan orang yang berbeda pandangan. Padahal silaturahmi itu cara ampuh melawan hoax karena semua orang dapat saling bertabayun atau klarifikasi.
Menurut Anita, tak dapat dimungkiri bahwa perbedaan pilihan politik dalam pemilu kali ini cukup menjauhkan hubungan mereka yang sebelumnya bersaudara, bersahabat atau berteman. Padahal, katanya menyitir ajaran Gus Dur, politik tak lebih penting dari persaudaraan itu.
"Saya mengajak teman-teman untuk menanamkan ini seperti Gus Dur bilang, ‘Yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan’,” kata Anita sebagai presidium Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) ketika bertandang ke kantor pusat Partai Solidaritas Indonesia di Jakarta, Rabu, 9 Januari 2019.
Sekretaris Jenderal Partai Solidaritas Indonesia, Raja Juli Antoni, mengatakan bahwa kontestasi pemilu presiden dan pemilu legislatif sedianya adalah sarana masyarakat untuk memutuskan siapa yang akan menjadi pemimpin yang melayani masyarakat.
Pertarungan politik, katanya, jangan membuat permusuhan dan pembelahan sosial karena hanya berbeda pilihan. Dia bertamsil, "Sebenarnya yang kita pilih ke depan pembantu kita, tapi kok kita berantem. Mau pilih pembantu berantem sama tentangga, berantem sama saudara.”