Contoh Jepang, Walkot Semarang Luncurkan 72 Bus Trans Bahan Bakar Gas

Pemkot Semarang
Sumber :

Inovasi dan transfer teknologi terus digenjot Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, melalui kerja sama sister city yang dijalin Kota Semarang, salah satunya dengan Kota Toyama, Jepang, dengan meluncurkan 72 Bus Trans Semarang  Bahan Bakar Gas (BBG) di Patra Convention Hotel Semarang pada Rabu, 9 Januari 2019.

Upayakan Kesejahteraan Petani, Pemkot Semarang Launching Badan Usaha Milik Petani

Selain Hendi, sapaan akrabnya, Wali Kota Toyama, Jepang, Yoshiaki Harada, serta sejumlah perwakilan Kementerian Republik Indonesia juga turut hadir. 

“Kami tidak mau kerja sama yang ada hanya sekadar rundingan tanpa tindak lanjut. Alhamdulillah setelah MoU (sister city) dengan Kota Toyama, langsung ditindaklanjuti dengan mengkonversi bahan bakar solar ke gas untuk transportasi massal,” ungkap Hendi.

Hari Pertama Kerja, Hendi Temui Menko Luhut Bahas RUU Pengadaan

Terkait pembiayaan, dirinya menuturkan jika persiapan Bus Bahan Bakar Gas dilakukan dengan skema joint crediting mechanism, yaitu dengan anggaran oleh Pemerintah Kota Semarang dan Toyama sama besar.

Kerja sama ini, lanjut Hendi, juga terlaksana berkat dukungan fasilitas serta regulasi dari Pertamina, Pertagas Niaga, IGES, ITDP serta Rockefeller Foundation yang memprakarsai program 100 resilient cities (kota tangguh).

Jalankan Perintah Jokowi, Hendi Buka Layanan Terpadu P3DN di Semarang

Dalam program tersebut, Kota Semarang terpilih sebagai satu-satunya kota di Indonesia yang masuk dalam jejaring 100 kota tertangguh dunia dengan salah satu program dan strateginya, yaitu pengembangan transportasi yang terintegrasi.

Peluncuran Bus Bahan Bakar Gas di Kota Semarang diyakini Hendi mampu membawa dampak positif bagi kehidupan masyarakat di Kota Semarang. Selain ramah lingkungan dengan emisi yang lebih rendah, pemanfaatan bahan bakar gas pada BRT ini juga dipercaya mampu menghemat biaya operasional.

Penghematan dapat dilakukan karena BBG dapat menghemat penggunaan bahan bakar sekaligus membuat mesin lebih awet. Saat ini, konversi BBG dilakukan dengan sistem retrofit di mana bahan bakar dapat menggunakan gas dan solar.  

Secara detail, dari hasil uji coba yang dilakukan, menurut Ka. BLU UPTD Trans Semarang, Ade Bhakti Ariawan, pada pemakaian harian untuk armada ukuran sedang dibutuhkan rata-rata 80 liter solar dengan harga Rp5.150 per liter.

Sedangkan dengan sistem retrofit, hanya dibutuhkan 60 liter gas dan 21 liter solar yang jika dikonversikan rata-rata diperoleh penghematan sebesar Rp37.900 setiap harinya untuk setiap armada. Bila dikalikan dengan seluruh jumlah armada dan hitungan per tahun, nilai efisiensinya akan sangat besar.

Ade pun menambahkan jika saat ini, tiga stasiun pengisian bahan bakar gas telah disiapkan, yakni terminal Tambak Aji di kantor Dinas Perhubungan, terminal Mangkang, dan terminal Kaligawe.  

Ke depan, Hendi juga menjajaki potensi pengembangan hidro energi yang memanfaatkan arus sungai menjadi tenaga listrik. Hendi melihat Kota Semarang memiliki beberapa sungai dengan arus dan debit yang berpotensi menggerakkan turbin menjadi tenaga listrik sebagaimana di Toyama.

"Jadi kerjasama sister city atau kota kembar, terkhusus dengan Toyama akan terus kami tingkatkan. Bentuk apa yang baik di Toyama akan kita aplikasikan juga di Kota Semarang," kata Wali Kota Semarang yang juga merupakan politisi PDI Perjuangan tersebut. 

"Ini sudah terkait transportasi massal ramah lingkungan, selanjutnya kami ingin pembangkit listrik tenaga arus sungai yang ada di Toyama juga bisa dibangun di Kota Semarang," tegas Hendi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya