Di Kebun Warga, Buaya Jantan Jaga 30 Telur Saat Betina Cari Makan

Buaya Muara di perkebunan sawit
Sumber :
  • VIVA/Andri Mardiansyah

VIVA – Seekor buaya Muara ditemukan bertelur di lahan perkebunan sawit milik warga di Jorong Ujung Labuang, Nagari Tiku V Jorong, Kecamatan Tanjung Mutiara, Kabupaten Agam Sumatera Barat. Diperkirakan, ada 30 butir telur yang siap menetas pada awal bulan April 2019 mendatang.

Dalam 3 Bulan 5 Harimau Mati di Medan Zoo, Bobby Nasution: Masa Nggak Boleh Mati

Meski sarang dan telur saat ini dijaga oleh seekor buaya jantan pada saat yang betina mencari makan, namun tak ada laporan konflik antara pemilik kebun dan masyarakat setempat soal satwa dilindungi dan memiliki nama Latin Crocodyus Porosus itu.

Kepala Seksi Wilayah I Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Agam, Khairi Ramadhan mengatakan, temuan adanya buaya yang sedang mengerami telurnya didapatkan berdasarkan laporan warga setempat. Setelah dikroscek, benar ada seekor buaya yang sedang menjaga telurnya di lahan masyarakat.

Cerita di Balik Perempuan Menangis Serahkan Beruang Peliharaan ke Polhut

Meski demikian kata Khairi, keberadaan dan aktivitas buaya itu sama sekali tidak diganggu oleh warga. Ini merupakan kali kedua temuan adanya buaya yang bertelur di lahan tersebut.

“Jika tidak ada yang mengganggu akan tetap di situ sampai telurnya menetas. Setelah telur itu nanti menetas, buaya itu akan kembali ke sungai sekitar. Ini kali kedua buaya bertelur di lahan tersebut. Setiap hari, kita terus memantau perkembangannya,” kata Khairi Ramadhan di Sumbar, Kamis 10 Januari 2019.

Sinergi Bea Cukai, Upaya Cegah Penyelundupan Satwa Dilindungi

Khairi menjelaskan, selain memantau perkembangan dan menjaga keselamatan buaya dan telurnya, aparat juga memasang plang tanda peringatan dan imbauan untuk tidak mendekati lokasi sarang buaya tersebut. “Kami juga pasang tanda peringatan di lokasi,” ujar Khairi.

Sementara itu, pihak Pengendali Ekosistem Hutan BKSDA Sumatera Barat resor Agam, Ade Putra menjelaskan, berdasarkan pengamatan, setidaknya ada lima ekor buaya Muara yang menetap di lokasi itu. Lokasi ini memang merupakan habitat aslinya. Jarak antara sarang dengan sungai sekitar 500 Meter.

Berdasarkan pengamatan, Ade menyimpulkan jika telur-telur itu akan menetas pada awal April 2019 mendatang. Hal ini merujuk kepada usia penetasan telur buaya yang memakan waktu hingga 80 hari.

“Kami temukan keberadaan sarang dan telur ini sekitar 15 hari yang lalu. Telur ini selalu dijaga oleh buaya jantan ketika yang betina keluar mencari makan,” kata Ade.

Lebih lanjut Ade mengatakan, mengingat risiko yang cukup tinggi, pihaknya saat ini sudah menyeterilkan lokasi dengan radius 10 hingga 15 Meter dengan menggunakan tali pengaman. Selain itu papan tanda peringatan juga sudah dipasang.

Ade Putra menilai, jika kemudian perkiraan 30 butir telur buaya itu menetas dengan baik maka dipastikan jumlah buaya muara di kawasan itu akan bertambah. Dengan demikian, kawasan itu tentu akan menjadi wilayah perhatian khusus.

Mengingat pentingnya menjaga keberlangsungan habitat buaya muara ini, Ade menjelaskan, jika pihaknya saat ini tengah menyusun usulan untuk menjadikan kawasan itu sebagai Kawasan Ekosistem Esensial (KEE).

KEE kata Ade adalah ekosistem di luar kawasan hutan namun terdapat satwa atau tumbuhan yang dilindungi. Namun untuk penetapan KEE domainnya ada di pemerintah daerah. Pihaknya hanya sebatas mengajukan usulan.

“Jika ditetapkan sebagai KEE maka nanti akan ada kegiatan konservasi di sana. Bahkan juga, akan dikembangkan untuk wisata. Wisata minat khusus,” kata Ade. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya