NU Kecam Pemindahan Jenazah gara-gara Pemilu: Mematikan Kemanusiaan!

Robikin Emhas, Ketua Bidang Hukum dan Konstitusi Pengurus Besar NU.
Sumber :
  • Dokumentasi NU

VIVA – Nahdlatul Ulama mengecem peristiwa pemindahan dua jenazah gara-gara perbedaan pilihan politik dalam pemilu di Gorontalo. Keluarga jenazah berbeda pilihan calon anggota legislatif atau caleg dengan pemilik lahan permakaman meski mereka sesungguhnya masih berkerabat.

Verrell Bramasta Berharap Prabowo-Gibran Lebih Fokus Pada Kemajuan Anak Muda

Menurut Robikin Emhas, Ketua Pengurus Besar NU, kabar memilukan itu mengoyak rasa kemanusiaan. Politik, katanya, yang semestinya dapat menjadi sarana untuk meningkatkan harkat dan martabat kemanusiaan malahan sebaliknya. “Justru mematikan rasa kemanusiaan itu sendiri,” katanya dalam keterangan tertulisnya kepada VIVA pada Minggu, 13 Januari 2019.

Mereka yang bersengketa atau menjadi tak akur hanya karena berbeda pilihan politik, menurut Robikin, ditengarai memahami politik hanya sebagai sarana mendapatkan kekuasaan, tidak penting bagaimana cara meraihnya.

Heboh Loker PT KAI Dianggap Sulit, Tere Liye: Kalau Mau Gampang Daftar Jadi Caleg DPR

Kecenderungan menggunakan segala cara untuk politik itu tak hanya terjadi pada pemilihan caleg, sebagaimana kasus pemindahan jenazah ke kuburan lain di Gorontalo. Kecenderungan serupa juga terjadi dalam pemilu presiden, di antaranya politisasi agama, penggunaan kabar bohon atau hoax sebagai mesin elektoral.

“Seakan tak peduli dampak yang ditimbulkan, hubungan kekerabatan pecah, persahabatan retak, tetangga dikategorikan sebagai lawan. Semua disandarkan satu hal: kesamaan pilihan politik,” katanya.

KPU: Caleg Terpilih Harus Mundur Jika Maju Pilkada 2024

Sebagai pesta demokrasi, dia mengingatkan, pemilu seharusnya menjadi kegembiraan nasional; layaknya pesta yang tak perlu ada satu pun gelas pecah. Dia berharap peristiwa semacam itu tak terulang lagi. “Toh, politik adalah sarana pemanusiaan manusia,” katanya.

Beda pilihan

Pembongkaran dan pemindahan dua makam di Dusun II, Desa Toto Selatan, Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, disorot masyarakat luas. Dua kuburan itu dibongkar karena keluarga mendiang dan keluarga pemilik lahan permakaman berbeda pilihan caleg.

Makam yang dipindahkan adalah kuburan Masri Dunggio, sudah 26 tahun dimakamkan di sana; dan Siti Aisyah Hamsah, cucu Masri, yang dimakamkan setahun lalu. Si pemilik lahan permakaman bernama Awono, sepupu Masri.

Awono mengultimatum keluarga sepupunya agar memindahkan kuburan anggota keluarga mereka kalau tidak memilih caleg yang sama. Awono sebenarnya bukan kader atau anggota partai politik, tetapi saudara iparnya memang menjadi caleg melalui Partai Nasdem untuk DPRD Bone Bolango. Dia pernah mengancam, kalau tak memilih caleg pilihannya, kuburan itu mesti dipindah dan dia akan memagarinya kelak.

Kepala desa setempat sebenarnya sudah memediasi pertikaian dua orang berkerabat itu. Tetapi sayangnya media tak menghasilkan apa pun dan keluarga pemilik kubur merasa sudah tidak dihargai.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya