BNPT: Ba'asyir Napi Hardcore, Sama Sekali Tak Mau Ikut Deradikalisasi

Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra (kanan) mengunjungi narapidana kasus terorisme Abu Bakar Baasyir (tengah) di Lapas Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat, Jumat, 18 Januari 2019.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya

VIVA – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Komjen Suhardi Alius mengatakan terpidana teroris Abu Bakar Ba'asyir termasuk ke dalam kategori napi hardcore. Alasannya karena Ba'asyir punya ideologi keras dan tak mau mengikuti program deradikalisasi.

Lebaran Aman dari Gangguan Terorisme, Komisi III DPR Apresiasi BNPT

"(Ba'asyir) hardcore, sama sekali mereka tidak mau ikut itu, karena kan bertentangan. Hardcore sama sekali nggak mau," kata Suhardi di gedung DPR, Jakarta, Kamis 24 Januari 2019.

Suhardi menjelaskan BNPT merupakan bagian dari tim assessment napi teroris. Mereka yang masuk kategori hardcore tak mau ikut program deradikalisasi.

Pakar Dukung BNPT Tangkal Konten Radikalisme: Butuh Keterlibatan Banyak Pihak

"Tapi tetap kita upaya untuk bisa tersentuh, supaya kita minimal bisa mereduksi mindset ideologi mereka," ujar eks Kabareskrim itu.

Terkait pembebasan bersyarat, ia menekankan sudah ada tim khusus yang terdiri dari BNPT, Kejakasaan Agung, dan Detasemen Khusus 88. Menurutnya, untuk pembebasan bersyarat itu tentu ada evaluasi periodik.

PBNU Buka Suara soal Seruan Gus Ipul Jangan Pilih Capres Didukung Abu Bakar Ba'asyir

"Untuk pembebasan bersyarat atau evaluasi periodik, itu ada tim assessment dan kami bagian dari tim assessment itu. Siapa tim itu? BNPT, lapas, kejagung, dan densus 88," kata Suhardi.

Kemudian, ia menambahkan tim tersebut selalu memonitor bagaimana pola pikir napi teroris. Kadang mereka menurunkan tim psikolog yang tahu apakah seseorang berbohong atau tidak.

"Kita turunkan tim lengkap, itu periodik kita lakukan, apalagi kalau orang mau mengajukan pembebasan bersyarat," kata Suhardi.

Selain psikolog, ia menjelaskan napi teroris yang hardcore juga diajak berdiskusi dengan ulama untuk memberi penyadaran soal ideologinya selama ini.

"Biasanya kita kirim ulama yang lebih tinggi ilmunya. Jangan yang di bawah, di bawah nanti malah diajarin. Jadi ini yang kita mainkan, mudah-mudahan ini menjadi treatment juga," kata Suhardi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya