Cegah Tsunami, Kepala BNPB Imbau Pemda Tanam Pohon di Pesisir Pantai

Kepala BNPB Doni Mornardo (kanan) berbincang dengan Deputi BNPB
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

VIVA – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB, Doni Monardo mengatakan, dalam waktu 10 tahun terakhir, bencana alam sudah memakan korban sebanyak 11.579 jiwa. Angka tersebut lebih dari 50 persen, disebabkan oleh bencana gempa dan tsunami.

Korban Tragedi Itaewon Dapat Kompensasi Santunan Hingga Keringanan Pajak

"BNPB merangkul media untuk membantu memberikan informasi kepada masyarakat. Setiap daerah memiliki karakteristik berbeda, kita harus mengurangi korban dan mencegah," kata Doni di Kantor BNPB, Pramuka, Jakarta Timur, Kamis 21 Februari 2019.

Lebih lanjut, Doni mengatakan, salah satu contoh bencana alam yang harus dicegah adalah kebakaran hutan. Pihaknya mencatat, rata-rata kasus kebakaran hutan diakibatkan oleh kelalaian manusia dan kurangnya edukasi.

Lebih dari 440 Orang Tewas Akibat Banjir Bandang di Afrika Selatan

Ia berharap, masyarakat di Indonesia dapat menyerap pesan dan informasi dari media massa terkait bencana alam.

"Walaupun ada kepala daerah yang tidak setuju 100 persen karena manusia, pemahaman itu tetap perlu. Kita itu hidup di pertengahan lempeng dan di atas cincin api. Mau tidak mau, suka tidak suka harus siap," ujarnya.

BNPB: 3 Warga Meninggal dan 2 Hilang Akibat Banjir di Serang

Di samping itu, mantan Danjen Kopassus ini mengimbau pemerintah daerah untuk aktif menaman pohon di sekitaran pantai untuk mengurangi risiko dampak bencana tsunami. Ia meyakini, penanaman pohon dapat mengurangi kecepatan dan ketinggian air tsunami.

"Jika pantai yang rawan tsunami, harus perbanyak pohon. Ketika ada peringatan tsunami, cobalah masyarakat naik ke pohon, insya Allah selamat," kata Doni.

Menurut Doni, pemerintah pusat saat ini belum bisa membangun banyak shelter tsunami di beberapa daerah rawan bencana. Sehingga, upaya alami dengan menanami pohon di sekitaran wilayah berpotensi tsunami, bisa mengeliminir bencana tsunami.

"Karena tsunami ini yang membahayakan bukan airnya saja, tetapi kecepatannya itu bisa mencapai lebih dari 100 km per jam. Kecepatan yang kencang, ditambah lagi material yang ada di dalam air itu sangat mematikan," tambah Doni.
 
Sebelumnya, Doni menilai, peran media massa sangat penting bagi mengurangi tingkat risiko bencana alam di Indonesia. Peran media dapat menjadi bagian komponen bangsa, yang bertugas memberikan edukasi pra bencana kepada masyarakat.

"Kami berharap media sebagai penggandaan BNPB, membawa pesan peringatan dini kepada masyarakat," ucap Doni.

Untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan kepada masyarakat, Doni mengatakan, pihaknya akan membuat forum diskusi secara rutin. BNPB juga akan mengajak media di setiap kegiatan, agar diharapkan dapat mencari tahu dan mendapatkan data yang akurat.

"Setiap bulannya para pakar diundang untuk diskusi, hasil diskusi akan disampaikan kepada media dan diteruskan ke publik. Ada atau tidak ada bencana kegiatan rutin ini akan terus kita lakukan," ungkapnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya