Moeldoko: Kalau Cuma KKB, Apa Bedanya dengan Preman Tanah Abang

Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko (kiri)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

VIVA – Kepala Staf Presiden, Jenderal (Purn) TNI Moeldoko, menilai istilah Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang disematkan ke kelompok di Papua, justru membuat TNI tidak bisa bergerak.

Pratu Herianto, Korban Kebiadaban Teroris OPM Diterbangkan ke Timika

Padahal, ia tidak menampik, kelompok itu sudah terlatih. Akibatnya, tiga prajurit TNI meninggal saat penyerangan di Kabupaten Nduga kemarin.

Menurut mantan Panglima TNI itu, sudah tidak bisa lagi kelompok ini dikatakan KKB. Ia sudah lama mengusulkan, agar mereka disebut separatis. Dengan begitu, TNI bisa melakukan penyerangan.

Gerombolan KST Berulah Kembali, Bakar Honai Milik Masyarakat di Papua

"TNI melihat ada kekuatan tapi nggak bisa di depan harus polisi yang di depan. Itu masalah, situasi yang dihadapi oleh prajurit-prajurit di depan. Karena apa? Karena kalau itu kelompok kriminal bersenjata ya sama saja apa bedanya dengan kelompok kriminal di Tanah Abang," ujar Moeldoko, ditemui di kantornya, Bina Graha Jakarta, Jumat 8 Maret 2019.

Dengan menganggap kelompok itu KKB, maka saat ini justru TNI yang menjadi korban. Padahal, menurutnya ada beberapa tempat yang dijadikan markas oleh para kelompok ini. Namun, TNI tidak bisa bertindak.

Upacara Militer Iringi Pemulangan 3 Jenazah Prajurit TNI dari Papua

"Karena kalau terus-terusan kelompok kriminal (KKB) nanti TNI terus-terusan jadi santapan kekuatan mereka," katanya.

Untuk diubah menjadi separatis dan TNI bisa masuk menyerang, diakuinya memang butuh pertimbangan dari banyak unsur. Termasuk, soal politik internasional.

Maka ke depannya, akan dibahas oleh Menlu, Mendagri, Menteri Pertahanan hingga Menkopolhukam, mengenai masalah ini.

"Tetapi jangan terus pembatasan-pembatasan itu mengorbankan prajurit. Berapa prajurit jadi korban, beberapa saat lalu korban, sekarang korban lagi. Harus ada sikap baru yang perlu dikonsultasikan lebih jauh," kata Moeldoko.

Sebelumnya, 25 prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Penegakan Hukum (Satgas Gakkum) diserang oleh puluhan Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata atau KKSB pimpinan Egianus Kogoya di Distrik Mugi Kabupaten Nduga pada Kamis, 7 Maret 2019.

Prajurit TNI mendapatkan serangan mendadak oleh sekitar 50-70 orang KKSB bersenjata campuran, baik senjata standar militer maupun senjata tradisional seperti panah dan tombak.

Maka, pasukan TNI berusaha melakukan perlawanan sehingga berhasil menguasai keadaan, dan berhasil memukul mundur kelompok KKSB sampai menghilang ke dalam hutan belantara. Akibat serangan tersebut tiga orang prajurit gugur.

Sedangkan dari kubu lawan setidaknya 7-10 orang anggota KKSB juga tewas, namun mayat mereka berhasil dibawa kabur oleh teman-temannya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya