- VIVA/Eduward Ambarita
VIVA – Presiden Direktur VIVA Media Group, Anindya Bakrie, mengajak berkeliling 50 mahasiwa eksekutif Tsinghua University PBC Scholl of Finance ke kantor media yang dipimpinnya di kawasan Epicentrum, Kuningan, Jakarta, pada Rabu, 20 Maret 2019.
Anindya memandu para mahasiswa dengan latar belakang pengusaha dan profesional itu yang ingin belajar langsung model bisnis yang tengah berkembang di Indonesia.
Sebelum menyambangi studio Antv dan program One Pride MMA, Anindya lebih dahulu mengenalkan ayahnya, Aburizal Bakrie.
"Intinya bukan hanya belajar mengenai finance, tapi belajar mengenai regional masing-masing. China ke Asia Tenggara, Asia tenggara ke China,” kata Anindya saat visit meida Tsinghua University di Epiwalk Epecintrum.
“Waktu datang ke grup kita,” ujarnya, “kita ajak bukan hanya ketemu Pak Ical (Aburizal Bakrie), tapi juga melihat Antv, juga tvOne. Saya rasa inilah satu contoh, bagimana kita bisa kerja sama lebih erat lagi.”
Dari pertemuan itu, Anindya yang kini studi pascasarjana pada universitas terkenal di Tiongkok itu, menekankan kolaborasi antarnegara. Dia antara 50 mahasiswa, setengahnya berasal dari Tiongkok dan sisanya warga negara campuran dari Asia Tenggara.
Tidak hanya model bisnis yang diperkenalkan. Anindya berbagi pengalaman tentang situasi politik dan ekonomi di Tanah Air yang bergerak sangat cepat.
"Dan bagaimana, grup Bakrie itu selama 77 tahun mencoba untuk terus berinovasi, berkembang, dan beradaptasi. Jadi mereka ingin belajar dari kuliah yang langsung dari pelaku," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Aburizal mengapresiasi kunjungan delegasi mahasiswa eksekutif dari Tsinghua University, China, yang berkunjung ke kantornya.
Ia melihat semangat anak-anak muda yang terus mengejar pendidikan setinggi-tingginya. Dalam pertemuan, Aburizal juga berbagi pengalamannya sebagai pengusaha yang diakuinya dijalani dengan tidak mudah.
"Saya ceritakan mengenai pengalaman Bakrie Grup yang tahun ini sudah 77 tahun, lebih tua dari republik ini, dan telah mengalami naik-turun, mengalami perubahan ekonomi, politik, dengan tujuh presiden yang berbeda," ujarnya.
