Wanita Terduga Teroris asal Klaten Tinggalkan Suami-Anak demi Jihad

Garis polisi terpasang di lokasi penggerebekan terduga teroris di Sibolga, Sumut
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Jason Gultom

VIVA – Polisi menyebut seorang terduga teroris berinisial Y sebagai contoh betapa berbahayanya radikalisme dan terorisme. Wanita asal Klaten, Jawa Tengah, yang ditangkap bersama terduga teroris Husain alias Abu Hamzah di Sibolga, Sumatera Utara, itu meninggalkan suami dan anaknya demi hasrat berjihad.

Negara Ini Tuduh Iran sebagai Negara Teroris, Kok Bisa?

Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo, wanita Y sebenarnya masih berstatus istri pria lain dan dia memiliki anak. Namun Y meninggalkan keluarganya dan akan menikah dengan Abu Hamzah.

Perempuan itu meninggalkan begitu saja keluarganya, suami, dan anaknya setelah terpapar terorisme. Polisi memperingatkan, dengan contoh kasus itu, semua harus waspada betapa berbahayanya ideologi kelompok yang terafiliasi dengan ISIS.

Mantan Teroris Poso Dukung Penuntasan Masalah Terorisme di Sulawesi Tengah

Y berencana menikah dengan AH, yang diketahui telah memiliki istri dan seorang calon istri lain. Artinya, AH berencana memiliki tiga istri. "Setelah menikah dengan AH, Y ini direncanakan melakukan aksi teror," kata Dedi di Mabes Polri, Jakarta, Kamis, 21 Maret 2019.

Bahkan, untuk melancarkan serangan teror, Y rela menggadaikan tanah dan rumahnya. Uang hasil menggadaikan hartanya itu akan digunakan untuk membeli alat-alat, bahan peledak, dan mobil. “Mobil itu yang akan digunakan bom mobil," ujarnya.

ISIS Tembaki 20 Pejuang Bersenjata Palestina hingga Tewas di Suriah

Bunuh diri

Y dilaporkan tewas di Rumah Sakit Polri, Kramatjati, Jakarta, pada 18 Maret. Wanita berusia 39 tahun yang ditangkap di Klaten itu diduga mengakhiri hidupnya dengan meminum cairan pembersih lantai saat di tahanan. 

Awalnya Y ditemukan lemas di ruang istirahat pemeriksaan di Rutan Polda Metro Jaya. Dia sempat mendapatkan pertolongan pertama dari petugas jaga, lantas dilarikan ke RS Polri, tetapi tak tertolong dan meninggal di sana.

Polisi meyakini Y sengaja mengakhiri hidupnya. Berdasarkan pemahaman kelompok teroris, Dedi menjelaskan, bunuh diri dalam rangka melawan aparat yang disebut sebagai toghut diyakini sebagai syahid yang dijamin masuk surga. 

Terduga teroris wanita, katanya, memang biasanya lebih militan. Mereka rela meninggalkan keluarga, mengorbankan harta, bahkan nyawa, untuk aksi yang mereka sebut sebagai jihad. 

Y diduga terlibat dalam kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) pimpinan Abu Hamzah. Dia berencana ke Sibolga untuk menemui Abu Hamzah dan melakukan amaliyah atau aksi teror bersama dengan target aparat keamanan. Namun sebelum berangkat, Y lebih dahulu ditangkap oleh Densus 88 Antiteror Polri.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya